Apalagi ahli geografi dan sejarawan Arab abad kesembilan, Yaqubi, menulis Bagdad sebagai City of Peace, pusat dunia, ibukota Dar al-Islam yang terdepan, tempat bagi ilmuwan perintis, astronom, penyair, matematikawan, pemusik, sejarawan, ahli hukum, dan filsuf.
Itulah alasan yang membuat Mansur setuju mendirikan peradaban di kota ini.
Untuk itu, dia mulai mendesain kota.
Di bawah pengawasan ketat, dia menyuruh para pekerja menggambar rencana kotanya di tanah dengan garis-garis.
Pada 30 Juli 762, setelah para peramal kerajaan mengumumkan tanggal yang paling menguntungkan untuk memulai pekerjaan, Mansur meletakkan batu bata pertama secara seremonial dan memerintahkan para pekerja berkumpul untuk melakukan persiapan.
Skala proyek kota besar ini adalah salah satu aspek paling khas dari kisah kota Bagdad. Sebab, desain kota ini melingkar dan sangat inovatif.
Untuk setiap batas, menurut ilmuwan abad ke-11, Al Khatib al Bagdadi, mereka membutuhkan 162 ribu batu bata untuk sepertiga dinding yang pertama, lalu 150 ribu untuk sepertiga dinding kedua, dan 140 ribu untuk bagian terakhir.
Tinggi setiap dinding sekitar setinggi 24 meter. Namun untuk dinding yang paling luar, ada parit dalam yang melingkar di sekelilingnya.