Penulis
Intisari-Online.com - Beberapa waktu lalu, hubungan antara Amerika Serikat dan Iran memanas.
Hal ini lantaranPresiden Donald Trump melancarkan aksi serangan udara yang menewaskanjenderal topIran, Qasem Soleimani.
Tak hanya Soleimani yang tewas, tapi wakil pemimpin jaringan milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, juga tewas.
Iran yang marah membalas dengan melakukan serangan rudal kepangkalan AS di Irak.
Setelah serangan balasan dari Iran, Presiden Trump disebutkan 'mundur' dan tak mau lagi menyerang Iran.
Banyak yang penasaran mengapaPresiden Trump mundur.
Ternyata, ada tentara AS yang terluka dalam serangan Iran tersebut. Padahal Presiden Trump menyebut tidak ada korban jiwa.
Dilansir dari kompas.com pada Selasa (11/2/2020), sebanyak 109 orang tentara AS dilaporkan mengalami cedera otak ringan buntut serangan rudal Iran yang terjadi pada 8 Januari lalu.
Berdasarkan jumlah yang disampaikan Pentagon, terdapat kenaikan signifikan sejak laporan terakhir yang menyatakan ada 64 prajurit terluka.
"Hingga saat ini, 109 tentara AS didiagnosa cedera otak traumatis ringan, (mTBI), kenaikan 45 orang dari laporan terdahulu," ujar Pentagon pada Senin (10/1/2020).
Dilansir AFP, sebanyak 76 di antaranya sudah kembali bertugas, dengan sisanya masih menjalani evaluasi dari perawatan dari tim medis.
Baca Juga: Kasus Anak di Bawah Umur Bawa Motor, Apakah Orangtuanya Juga Bisa Dipidanakan?
Jika terjadi perang antara Amerika Serikat dan Iran, bagaimana kekuatan militer mereka?
Di atas kertas, dalam hal persenjataan dan biaya untuk berperang mungkin Amerika Serikat jauh lebih unggul dibanding Iran.
Jumlah penduduk Iran juga jauh lebih sedikit dibanding AS yaitu 80 juta berbanding 330 juta jiwa.
Artinya, jika diperlukan AS akan jauh lebih mudah untuk memobilisasi warganya untuk dilatih menjadi tentara.
Selain itu, anggaran militer AS jauh lebih besar 30 kali lipat dibanding anggaran pertahanan Iran.
Akibat dari anggaran jumbo ini, maka personel militer dan peralatan perang AS akan jauh lebih unggul baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Lalu bagaimana perbandingan militer kedua negara itu?
Secara kasar, militer AS memiliki 1,3 juta personel militer aktif, sedangkan Iran diperkirakan memiliki hanya 550.000 personel.
Militer Iran terdiri atas dua bagian utama yaitu pasukan elite Korps Garda Revolusi dan Artesh, pasukan reguler AD Iran.
Artesh memiliki 350.000 personel aktif dan menguasai persenjataan konvensional baik di darat, laut, dan udara.
Sedangkan Garda Revolusi memiliki sekitar 125.000 personel dan fokus pada banyak kegiatan salah satunya adalah spionase.
Amerika Serikat memiliki dana jumbo untuk membiayai militernya yaitu 554,2 miliar dolar AS.
Sedangkan Iran hanya menyisihkan 12,3 miliar dolar AS untuk kepentingan pertahanannya.
Dari sektor darat, AS memiliki 8.800 tank, 46.000 kendaraan lapis baja, dan 3.269 artileri berbagai jenis.
Sedangkan Iran hanya memiliki 2.569 tank, 1.315 kendaraan lapis baja, tetapi jumlah artileri Iran lebih banyak dibanding AS yaitu 5.383 unit.
Di udara, AS jauh lebih superior 388 jet tempur, 2.062 pesawat serbaguna, 470 helikopter serbu, dan 5.000 unit helikopter.
Sementara Iran hanya diperkuat 151 jet tempur, 88 pesawat serbaguna, 49 helikopter serbu, dan 324 helikopter.
Di sektor laut, AS juga unggul segalanya dengan memiliki 20 kapal induk, 85 kapal perusak, dan 70 kapal selam bertenaga nuklir.
Iran amat lemah di sisi laut karena hanya mengandalkan 6 kapal fregat, 3 kapal corvet, dan 40 kapal selam.
Dan yang paling mengerikan adalah Amerika Serikat memiliki 7.200 hulu ledak nuklir yang kekuatannya puluhan kali lipat lebih kuat dibanding bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Jika melihat perbandingan di atas kertas ini maka AS nampaknya akan dengan mudah mempecundangi Iran jika perang benar-benar pecah.
Namun, masalah yang harus diingat Iran adalah sebuah negara besar, sehingga jika terjadi perang darat maka AS kemungkinan besar akan kerepotan.
Meski demikian, AS akan dengan mudah mendapatkan sekutu jika perang melawan Iran pecah.
Sebab sebagian besar negara Timur Tengah termasuk Arab Saudi merupakan sekutu dekat Amerika Serikat.
Di Timur Tengah, Iran hanya memiliki Hezbollah Lebanon serta Suriah yang hancur lebur sebagai sekutu.
Hal yang perlu diwaspadai adalah jika perang AS-Iran pecah maka kemungkinan besar Rusia akan terseret karena merupakan salah satu sekutu lama Iran.
Jika Rusia sampai terlibat, maka bisa jadi Perang Dunia III bakal pecah dari kawasan Timur Tengah.
Baca Juga: Kasus Jenazah AKB yang Dibuang ke Laut, Ini yang Terjadi pada Jenazah yang Dibuang ke Laut