Penulis
Intisari-online.com -Ketakutan atas virus Corona telah menyebar luas saat negara-negara mulai berusaha untuk menghentikan penyebaran virus.
Namun, pandemik yang telah lampaui jumlah korban jiwa SARS ini dilihat Rusia sebagai senjata biologis untuk musnahkan China, seperti dilansir dari Express.co.uk.
Media Rusia mulai menyebarkan teori konspirasi bahwa Amerika membuat penyakit sebagai senjata biologis untuk menyerang China.
Teori tersebut tentunya diragukan dari segala sisi, tetapi Rusia tetap memberi oksigen untuk membakar cerita tersebut.
Baca Juga: Coba Rutin Minum Campuran Apel dan Mentimun untuk Bisa Rasakan Hal Menakjubkan pada Kulit Anda!
Hal ini dilakukan dengan cara media primetime Rusia telah melakukan liputan khusus mengenai teori konspirasi terkait virus Corona.
Hasil liputan tersebut diberitakan dalam 1 sesi utuh pemberitaan acara populer di Rusia.
Channel utama TV Rusia, Channel One, telah menggunakan reportasi ambisius untuk menyangkal teori tersebut, tetapi mereka juga memberi petunjuk mengenai kebenaran sebenarnya.
Acara tersebut mengundang 'ahli' untuk memberi sugesti jika virus Corona adalah penyakit buatan yang dibuat para ilmuwan di Amerika.
Baca Juga: Anda Penyuka Jamu Tradisional? Ini Rupanya Manfaat Kesehatan bila Rutin Minum Jamu Beras Kencur
Tujuannya adalah untuk dilepaskan di China dan membuat perekonomian China lumpuh.
Jika perekonomian China lumpuh, maka perang dagang antara kedua negara akan dimenangkan Amerika dengan mutlak.
Ahli tersebut mencatat ada bukti untuk menyangkal teori tersebut, tetapi juga ada tanda provokatif ketika menjelaskan argumennya.
Dia berkata: "bahkan ahli yang berhati-hati dengan penilaian mereka mengatakan tidak ada yang dapat diatur."
Baca Juga: Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Rutin Minum Air Rebusan Lada Hitam dan Kunyit Setiap Pagi
Pembawa acara kemudian mengutip misinformasi online, mengklaim jika penyakit tersebut adalah "senjata biologis".
Melalui pengupasan pandemik di Channel One, mengklaim perusahan farmasi dan institusi lain di Amerika merupakan arsitek dari virus tersebut, propaganda mulai membuat takut banyak pihak.
Hal ini juga telah dikaitkan dengan perekonomian Beijing, yang telah menderita akibat penyebaran virus yang sangat cepat.
Presiden Xi Jinping mengurangi separuh tarif pada 1.717 barang AS, dan bahkan dapat mencari klausul terkait bencana dalam kesepakatan perdagangan Cina-AS.
China telah setuju tarif telah dipotong selama pembicaraan perang dagang 'fase pertama', tetapi banyak ahli menyarankan jika gerakan tersebut akan membantu kesepakatan dengan kekacauan ekonomi sebagai hasil dari merebaknya virus Corona.
Pengurangan tarif tersebut awalnya dijadwalkan pada 14 Februari, meningkatkan penjualan produk yang bernilai Rp 11 Triliun, seperti kedelai dan minyak sawit.
Selanjutnya, Beijing tentu mulai mengukur untuk memastikan investor dan pebisnis tetap percaya pada ekonomi China saat transportasi dan infrastruktur negara tersebut lumpuh.
Perjuangan untuk mencegah virus Corona dari menyebar telah menghasilkan pembatasan pindah dari Wuhan, epicenter dari krisis tersebut.
Penguncian kota tersebut juga merambah bagian lain dari provinsi Hubei, dan telah menimbulkan dampak serius pada bisnis lokal maupun internasional.
Virus Corona sendiri telah membunuh korban jiwa capai 800 lebih.
Hong Kong telah melakukan aturan karantina pelancong asal China daratan, dan 3700 orang tetap terlantar di kapal pesiar di dekat Yokohama, Jepang.
Wakil perdana menteri China Sun Chunlan, yang memimpin kampanye nasional melawan virus Corona, mengumumkan Wuhan dan seluruh China hadapi "kondisi waktu perang".
Dia katakan pada the Times: "jangan ada pembelot, atau mereka akan selamanya malu."