Penulis
Intisari-online.com -Awal Januari lalu dunia dihebohkan dengan serangan Pangkalan Militer Iran oleh Militer Amerika.
Serangan tersebut kemudian membuat banyak sorotan jatuh ke Donald Trump, sosok Presiden Amerika yang tengah menjabat.
Bertepatan dengan ketegangan tersebut, realisasi sidang pemecatan Donald Trump pun berlangsung pada pertengahan Januari tersebut.
Namun perhatian dunia teralih saat virus Corona merebak.
Bahkan, tidak ada yang mempertanyakan bagaimana kondisi perang dagang China dan Amerika terkait pemecatan Trump dan virus Corona.
Kini, rupanya sidang pemecatan tersebut sudah mencapai babak akhir.
Bahkan Senat AS sudah keluarkan hasilnya.
Namun sebelum kita ungkap hasilnya, perlu kita tengok kembali semua drama yang terjadi saat sidang pemakzulan Trump.
Drama yang menjadi sorotan adalah hubungan dingin Donald Trump dengan ketua DPR AS Nancy Pelosi.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Ketua House of Representatif (DPR Amerika), Nancy Pelosi dikenal memiliki hubungan politik yang buruk.
Pelosi merupakan tokoh yang memimpin proses impeachment atau pemakzulan Trump di House of Representation.
Melansir New York Post, hubungan buruk ini kembali muncul di hadapan publik, Selasa (4/2/2020) waktu setempat saat menghadiri acara pidato tahunan State of the Union, di Capitol Hill, Washington.
Drama dimulai sejak awal hingga acara kongres berakhir. Lantas, apa saja drama yang terjadi di antara keduanya?
Seperti sudah diprediksi, Senat AS meloloskan Presiden Donald Trump dari tuduhan pemakzulan yang menimpa dirinya pada Desember 2019.
Hakim Ketua Mahkamah Agung John Roberts membebaskan dia dari dakwaan penyalahgunaan kekuasaan, dan upaya menghalangi penyelidikan Kongres.
Dilansir AFP Rabu (5/2/2020), Trump lolos dari pemakzulan dengan perbandingan 52-48 untuk artikel pertama, dan 53-47 terkait dakwaan pemakzulan kedua.
Hanya Senator Utah, Mitt Romney, dikenal sebagai musuh lama Trump, memutuskan untuk memberikan suaranya di dakwaan pertama.
Dia tak mendukung pasal kedua.
"Dua per tiga senator tidak menemukan dia bersalah atas dakwaan yang disajikan. Karena itu, Donald John Trump, dibebaskan," kata Roberts.
Pasal pertama merujuk kepada upaya sang presiden untuk menahan bantuan militer Ukraina, agar mereka menyelidiki calon rivalnya di Pilpres AS 2020, Joe Biden.
Kemudian pasal kedua menitikberatkan bagaimana presiden 73 tahun itu menghalangi upaya DPR AS dalam memanggil saksi atau meminta bukti dari Gedung Putih.
Menyusul putusan itu, suami Melania itu berkicau di Twitter akan memberikan pernyataan pada Kamis (6/2/2020), untuk "mendiskusikan kemenangan negara atas hoaks pemakzulan".
Gedung Putih menyebut impeachment itu "upaya perburuan penyihir hak prosed persidangannya, dan didasarkan atas serangkaian kebohongan".
Washington juga menyerukan "pembalasan" atas oposisi Demokrat yang memakzulkan presiden.
Menyebutnya berusaha meralat hasil Pilpres AS 2016, dan mengintervensi pilpres 2020.
Dalam pernyataannya, Romney menyebut pelanggaran yang dilakukan Trump adalah penghianatan terhadap sumpah jabatannya sebagai Presiden AS.
Senator berusia 72 tahun itu mengaku sempat terpikir untuk tetap bersama koleganya di Republik, dan mendukung sang presiden dibebaskan.
Nancy Pelosi menyatakan, Presiden Donald Trump tetap akan menjadi ancaman demokrasi setelah Senat meloloskannya dari pemakzulan.
Dua pasal impeachment yang disangkakan, penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan Kongres, tidak mendapat dua pertiga dukungan untuk aktif.
Untuk pasal pertama, hanya 48 anggota Senat AS yang mendukung, di mana Senator Republik, Mitt Romney, membelot dengan mendukung Demokrat.
"Dia akan tetap menjadi ancaman bagi demokrasi Amerika. Dia akan menganggap dirinya di atas hukum dan mengubah hasil pemilihan sesuai keinginannya," katanya.
Sementara dikutip Al Jazeera, Pelosi mengatakan bahwa Senat tidak bisa membebaskan tanpa sebelumnya didasarkan bukti dan saksi yang kuat.
Dia mengeluhkan Senat AS yang dikuasai Republik menolak upaya Demokrat menghadirkan saksi baru.
Salah satunya mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton.
"Dengan menekan bukti dan menolak sidang yang adil, Republikan di Senat secara sadar mau dan terlibat dalam upaya menutupi aksi Presiden," kritiknya.
Sejatinya, sejumlah senator Republik, salah satunya adalah Lamar Alexander, menyatakan bahwa apa yang dilakukan Trump adalah salah.
Namun, mereka berargumen bahwa tindakannya tidak cukup jika dijadikan pijakan untuk melengserkannya dari jabatan Presiden AS.
Selain itu, ada momen yang menunjukkan ketegangan antara keduanya.
Saat memasuki ruangan dalam acara pidato tahunan State of The Union, Trump mendapat sambutan meriah dari para hadirin yang memberikan tepuk tangan sembari meneriakkan "Empat tahun lagi!"
Ketika itu, Pelosi menjadi orang yang memberikan sambutan atas kehadiran orang nomor satu di Amerika Serikat itu.
Pada umumnya, sambutan bagi Presiden berisi kalimat penuh dengan kebanggaan.
Namun tidak dengan yang diucapkan oleh Pelosi. Ia hanya menyambut kehadiran Trump dengan kalimat yang amat singkat.
"Peserta Kongres, Presiden Amerika Serikat," ucapnya.
Dalam penyambutan itu, Pelosi bahkan tidak menyebutkan nama Donald Trump.
Setelah insiden penyambutan tersebut, Trump memberikan map berisi salinan pidato yang akan dibawakannya kepada Wakil Presiden Mike Pence dan Pelosi yang duduk di belakang podiumnya.
Saat map itu diterima oleh Pelosi, politisi Demokrat 79 tahun itu kemudian mengulurkan tangannya sembari tersenyum dengan maksud mengajak Trump untuk berjabat tangan.
Namun ajakan itu tidak dihiraukan oleh sang Presiden, entah karena Trump yang terlanjur berbalik arah sehingga tidak melihatnya, atau memang ia yang sengaja tidak menyambut uluran tangan Pelosi.
Alhasil, Pelosi pun tertawa sembari menaikkan alis dan bahunya sebagai bentuk reaksi spontan.
Lalu, Trump pun menyampaikan pidatonya selama 1 jam 18 menit.
Salah satu poin yang disampaikan oleh Trump adalah mengenai kondisi persatuan Amerika Serikat yang dinilainya berjalan lebih baik dari sebelumnya.
Selama berpidato, Trump tidak membahas satu pun hal terkait skandal yang menyeret namanya hingga ia harus menerima proses impeachment.
Sebaliknya, Trump justru fokus menyampaikan capaian pemerintah, tujuan kebijakan, dan semangat abadi Amerika.
Mendengarkan pernyataan-pernyataan Trump, Pelosi terlihat menggelengkan kepala sebagai tanda tidak setuju dengan poin-poin yang disampaikan.
Sekali kesempatan, ia juga menyampaikan niatannya untuk menghentikan perang dengan Negeri Timur Tengah, Iran.
Lalu, sesaat setelah Trump mengakhiri pidatonya, Pelosi dengan terang-terangan merobek kertas salinan pidato kenegaraan yang sebelumnya diberikan padanya.
Ia membagi lembaran-lembaran kertas pidato itu agar tidak terlalu tebal kemudian merobeknya menjadi dua bagian.
Hal itu ia lakukan persis di belakang Trump, sehingga dengan jelas terekam oleh kamera yang memfokuskan bidikannya pada Presiden.
Saat ditanya mengapa ia merobek kertas pidato itu, ia menjawab dengan singkat.
"Itu hal paling sopan yang bisa dilakukan, daripada melakukan alternatif lainnya," kata Pelosi.
Di saat bersamaan, Pence sang Wakil Presiden berdiri dan memimpin peserta kongres untuk memberikan tepuk tangan kepada Trump.
Pertemuan ini merupakan yang pertama bagi keduanya setelah Pelosi keluar meninggalkan Gedung Putih pada pertemuan 4 bulan lalu.
(Ardi Priyatno Utomo, Luthfia Ayu Azanella)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sah! Senat AS Loloskan Trump dari Pemakzulan", "Trump Lolos dari Pemakzulan, Ketua DPR AS: Dia Tetap Jadi Ancaman Demokrasi Amerika", dan "Trump Vs Nancy Pelosi, Drama Tolak Jabat Tangan hingga Robek Kertas Pidato"