Find Us On Social Media :

Dari Inneke Hingga Ayu Azhari, Inilah Kesaksian para Aktris Film Era ’90-an yang Pernah Membuat Bioskop Indonesia ‘Memanas’

By Ade Sulaeman, Minggu, 1 April 2018 | 17:45 WIB

La menyatakan, "Salah satu upaya untuk menarik para penonton kembali berduyun-duyun ke bioskop adalah dengan mengikuti selera mereka. Caranya, membuat film yang dibumbui adegan panas."

Tambahan pula, timpal Ferry, "Membuat film seperti ini tidak menimbulkan kesan spekulatif karena modalnya relatif lebih kecil, sekitar Rp200 juta, tapi pemasukannya bisa mencapai Rp275 juta. Jauh sekali dibanding waktu kami membuat film berbobot macam Selembut Wajah Anggun."

Pilihan sikap seperti ini seolah mendapat angin mengingat iklim sensor saat ini, seperti dikatakan seorang aktor beken, "Terkesan lebih lunak."

Pihak berwenang (Badan Sensor Film), lanjut aktor tersebut, "Tampaknya mulai longgar dalam membabat adegan seks." Ini pun diakui Norman.

Bahkan, ujar Norman, "Batasan dalam pemberian judul yang dinilai panas juga mulai kendor. Contohnya, Gairah Yang Nakal. Dulu, kalau judul macam itu pasti sudah disuruh mengganti."

Paduan kiat sukses, seperti yang diajukan Ferry dan Norman, dan dukungan "angin keterbukaan", memang terbukti berhasil menggenjot kembali angka penonton film nasional.

Gadis Metropolis boleh dibilang pelopornya.

Film ini sukses besar dan kemudian dianggap sebagian pihak sebagai acuan para produser untuk membuat film yang laku.

Karena itulah, Ferry mengimbau agar film-film seperti ini tidak cepat-cepat "dijegal" agar bisa meramaikan bioskop.

"Beri dulu kesempatan kami untuk bernapas. Hanya itulah caranya, agar kondisi perfilman tidak lebih buruk," tandasnya berulang-ulang.

Kalau dipaksa membuat film berbobot? "Banyak perusahaan film gulung tikar karena terlalu berani spekulasi," sahutnya tegas.

"Ton," timpal Norman Benny, "Adegan yang dianggap panas oleh orang kita, masih tidak ada apa-apanya dibanding film Barat."