Find Us On Social Media :

Jangan Ragu, Tuhan Datang Lalu Duduk di Kursi Kosong Mendengarkan Doa dan Keluh Kesah Kita

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 25 Maret 2018 | 22:00 WIB

Intisari-Online.com – Seorang anak perempuan telah meminta pendeta setempat untuk datang dan berdoa bersama ayahnya.

Ketika pendeta tiba, ia menemukan pria itu terbaring di tempat tidur dengan kepala berandar pada dua bantal dan sebuah kursi kosong di samping tempat tidurnya.

Pendeta itu berasumsi bahwa orang tua itu telah diberitahu akan kunjungannya. “Saya kira Anda mengharapkan saya,” kata pendeta itu.

“Tidak, siapa Anda?”

“Saya adalah pendeta di gereja terdekat sini,” jawab pendeta itu. “Ketika saya melihat kursi kosong itu, saya pikir Anda tahu bahwa saya akan datang.”

“Oh, ya, kursi itu,” kata orang tua yang terbaring di tempat tidur. “Maukah Anda menutup pintu?”

(Baca juga: Merasa Tuhan Tak Pernah Menjawab Doa Kita? Cobalah Cara yang Sering Kita Lupakan Ini!)

Dengan bingung, pendeta itu menutup pintu.

“Saya tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang hal ini, bahkan pada anak saya,” kata pria itu. “Tetapi sepanjang hidup saya, saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya sering mendengar pendeta berbicara tentang doa, tetapi hanya melintas saja di atas kepala saya.”

“Saya mengabaikan setiap upaya untuk berdoa,” lanjut pria tua itu, “Hingga suatu hari sekitar empat tahun yang lalu, sahabat saya berkata kepada saya, ‘Joe, doa hanyalah masalah sederhana dalam percakapan dengan Tuhan. Inilah yang saya sarankan. Duduklah di kursi, tempatkan kursi kosong di depan Anda, dan dalam iman lihatlah Tuhan di kursi. Itu tidak menakutkan karena dia berjanji ‘Saya akan bersamamu selalu’. Lalu, bicara saja padanya dan dengarkan dengan cara yang sama seperti yang Anda lakukan dengan saya sekarang.”

“Lalu, saya mencobanya dan saya sangat menyukainya sehingga saya melakukannya beberapa jam setiap hari. Saya berhati-hati sekali. Jika putri saya melihat saya berbicara dengan kursi kosong, bisa-bisa dia akan mengalami gangguan saraf atau mengirim saya ke peternakan lucu.”

Pendeta itu sangat tersentuh oleh cerita orang itu dan mendorong agar ia melanjutkan apa yang sudah dilakukannya sekarang. Kemudian pendeta itu berdoa bersama orang tua itu dan kembali ke gereja.

Dua malam kemudian putri orang tua itu menelepon untuk memberi tahu pendeta bahwa ayahnya meninggal pada sore itu.