Penulis
Intisari-Online.com – Gender-confirmation surgeries, istilah yang diberikan untuk prosedur mengubah penampilan fisik dan karakteristik sesksual seseorang.
Prosedur bedah tersebut meningkat sebesar 20% dari 2015 hingga 2016 di AS dengan lebih dari 3.000 operasi.
Namun, seorang ahli bedah melaporkan adanya tren penyesalan para transgender.
Ahli Urologi Miroslav Djordjevic yang khusus menangani operasi pergantian kelamin, melihat peningkatan wanita transgender yang ingin berubah lagi menjadi laki-laki.
BACA JUGA:Setelah Operasi Organ Intim Jadi Wanita, Pria Ini Baru Menyadari Bahwa Dia Menyukai Wanita
Mereka menginginkan organ intimnya kembali.
Melansir Newsweek.com, sejak 2012 Djordjevic telah melakukan tujuh operasi pembalikan organ intim di kliniknya di Beograd, Serbia.
Ia menjelaskan para wanita transgender yang menginginkan pembalikan mengalami tingkat depresi yang tinggi, dalam beberapa kasus bahkan berpikir untuk bunuh diri.
Peneliti lain juga melaporkan mendengar penyesalan tersebut.
"Ini bisa menjadi bencana nyata mendengar cerita-cerita ini," kata Djordjevic kepada The Telegraph.
Salah seorang transgender bernama Charles Kane, setelah melakukan operasi pergantian pria-ke-wanita, ia memilih untuk menjadi seorang pria kembali setelah mengalami penyesalan.
Kane menjelaskan ia awalnya ingin menjadi seorang wanita pasca gangguan saraf.
“Ketika saya di rumah sakit jiwa, seperti ada bisikan untuk melakukan hal baik dan melakukan hal buruk. Dan saya memilih yang buruk," kata Kane.
Pasca operasi, Kane meyakini identitas wanitanya tidak akan pernah disukai atau diterima sebagai wanita sejati.
BACA JUGA:Gaji Rp21 Juta per Hari, Inilah 7 Fakta Terkait Tukang Las Bawah Air yang Jarang Diketahui Orang
Dia juga menyalahkan pengaruh hormon wanita yang memicunya untuk melakukan operasi.
“Saya tidak berpikir ada orang yang dilahirkan transeksual. Area otak manusia mereka diubah oleh hormon wanita, ”kata Kane.
Pemahaman Kane mungkin tidak berlaku pada semua transgender yang ingin berubah kembali.
Djordjevic lebih meyakini hal tersebut terjadi karena kurangnya konseling pada pasien sebelum melakukan operasi.
Pasien bercerita kepadanya bahwa ketika mereka bertanya tentang prosedur bedah di klinik lain, mereka hanya mendapatkan informasi yang minim.
Berbeda dengan praktik yang dilakukan Djordjevic, pasien menjalani evaluasi psikiatri minimal satu sampai dua tahun, disertai dengan evaluasi dan terapi hormonal.
Sebelum operasi, ia meminta pasien menunjukkan dua surat rekomendasi profesional. Setelah prosedur, ia berusaha tetap berhubungan dengan pasiennya.
Sementara itu, studi tahun 2011 menunjukkan setelah operasi pergantian kelamin, lebih dari 300 transeksual Swedia menghadapi risiko yang lebih tinggi dibanding masyarakat biasa.
Ini termasuk pemikiran bunuh diri dan masalah kejiwaan.