Penulis
Intisari-Online.com - Perubahan iklim global kini makin menunjukkan pengaruhnya di berbagai penjuru dunia.
Bahkan di Indonesia, dampak perubahan iklim ini juga mulai terlihat.
Melansir dari The Star, dua pulau di Sumatra dilaporkan telah tenggelam akibat naiknya permukaan air laut sebagai dampak dari perubahan iklim.
Menurut data dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), dua pulau yang dimaksud, Betet dan Gundul, telah terendam pada kedalaman 1m dan 3m di bawah permukaan laut.
Baca Juga: Dari USG Terlihat Janin Ini Menendang Keras Rahim Ibunya Hingga Kakinya Keluar, Dokter pun Panik
“Pulau-pulau ini tidak berpenghuni. Salah satu pulau, Betet, adalah bagian dari Taman Nasional Berbak-Sembilang,” ujar direktur eksekutif Walhi Sumatra Selatan, Hairul Sobri.
Jika kenaikan permukaan laut terus berlanjut, maka empat pulau lainnya, yaitu Pulau Burung, Pulau Kalong, Pulau Salah Namo dan Pulau Kramat, akan kena dampak selanjutnya karena berada di kisaran 0m sampai 3m di atas permukaan laut.
Saat ini, ada 23 pulau kecil di pantai timur Banyuasin, Sumatra Selatan dan beberapa di antaranya, termasuk Pulau Salah Namo yang hampir tenggelam, masih dihuni orang.
Kepala unit lingkungan di Pulau Salah Namo, Syahrul, mengatakan bahwa mereka sudah menyadari naiknya permukaan laut dan adanya risiko pulau itu akan terendam.
Baca Juga: Ingat! Jangan Sampai Salah Pilih Nyatanya Mobil dengan Warna Ini Sulit Laku Saat Dijual Lagi
Para penduduk pun mulai memindahkan rumah mereka jauh dari tempat awal rumah mereka dibangun.
Syahrul menambahkan bahwa awalnya ada lahan besar di depan rumah-rumah penduduk di mana mereka dapat melakukan sejumlah kegiatan, tapi segalanya telah berubah sekarang.
"Tidak ada lahan lagi di depan rumah kami. Banyak orang juga telah pindah dari sini," ujar Syahrul.
Jakarta Juga Telah Diprediksi Jadi Kota Pertama di Dunia yang Akan Tenggelam
Perubahan iklim adalah hal nyata yang harus kita hadapi. Iklim berubah, dunia berubah, dan kondisi alam juga berubah.
Dengan perubahan iklim, Laut Jawa meningkat, air laut tambah tinggi, dan cuaca di Indonesia menjadi lebih ekstrim.
Awal bulan Desember 2017, badai cuaca aneh mengubah jalan-jalan Jakarta menjadi sungai dan menghambat hampir semua aktivitas di ibu kota.
Seorang peneliti iklim lokal, Irvan Pulungan, khawatir suhu udara akan meningkat beberapa derajat dan permukaan laut akan terus bertambah tinggi hingga tahun-tahun mendatang.
Baca Juga: Saking Canggihnya, Bahkan Ada Cara Baru Selingkuh yang Sedang Tren, Yaitu Lewat Ini
Hal tersebut jelas merupakan malapetaka bagi kota padat penduduk sekaligus pusat pemerintahan Indonesia ini.
Dilansir dari New York Times, pemanasan global ternyata bukan satu-satunya penyebab di balik banjir besar yang menyerbu sebagian besar wilayah Jakarta pada tahun 2007.
Masalahnya, kota itu sendiri sedang 'menenggelamkan' dirinya.
Bahkan jika mau dihitung, Jakarta adalah kota yang tenggelam paling cepat dibandingkan kota besar lainnya di planet ini.
Bahkan lebih cepat daripada perubahan iklim yang menyebabkan laut naik.
Begitu cepat sehingga sungai bisa mengalir ke hulu dan hujan biasa bisa menyebabkan genangan air tinggi di mana saja.
Penyebab utamanya: warga Jakarta menggali sumur ilegal.
Menggali sumur ilegal seperti membuka saluran udara sebuah balon yang menahan kota ini di bawah permukaan tanah.
Sekitar 40% daratan Jakarta sekarang terletak di bawah permukaan laut.
Kabupaten-kabupaten pesisir seperti Muara Baru telah tenggelam sebanyak 4,2 meter dalam beberapa tahun terakhir.Perubahan iklim di sini hanya memperburuk sejumlah keadaan yang sudah terlanjur terjadi.
Dalam kasus Jakarta, penduduk turut membantu kota ini tenggelam lebih cepat.
Pembangunan yang tak terkendali dan tanpa perencanaan matang serta kurangnya saluran pembuangan menjadi faktornya.
Beban bangunan jelas melebihi daya dukung tanah di Jakarta.
Belum lagi masalah lain seperti sungai yang kotor atau sampah yang berserak di atas air.
Ahli hidrologi mengatakan bahwa Jakarta hanya punya satu dekade untuk menghentikan proses tenggelamnya kota.
Jika tidak bisa, Jakarta Utara (kawasan Pluit) akan menjadi lokasi pertama yang berakhir di bawah air.
Jika tidak ada perubahan besar dan revolusi infrastruktur, Jan Sopaheluwakan, peneliti geoteknologi memprediksi Jakarta akan benar-benar tenggelam tahun 2050.