Jarang ada Yang Menyadari, Pembunuhan Soleimani Justru Menyebabkan Jepang Terancam 'Terseret' dalam Perang Berkepanjangan, Mengapa Demikian?

May N

Penulis

Negosiasi yang dilakukan Shinzo Abe kepada Iran dan Amerika sepertinya belum mencapai kesepakatan, menyebabkan Jepang terancam

Intisari-online.com -Serangan Amerika pada Iran yang menyebabkan Jenderal Soleimani tidak hanya berimbas kepada kedua negara tersebut.

Dilansir dari SCMP, Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang telah merasa malu dengan berita yang ia dengar mengenai aksi penyerangan tersebut.

Hal ini karena Tokyo telah berusaha untuk menjadi penengah antara Teheran dan Washington.

Meski begitu Abe tidak memiliki pilihan lain selain ikut dengan jadwal pemindahan kapal perang dan eksplorasi kapal udara ke Timur Tengah, menurut analis.

Baca Juga: Hati-hati, Penggunaan Obat Nyamuk di Rumah Sama Saja dengan Menyebarkan Penyakit Kanker Darah Kepada Semua Anggota Keluarga!

Ketegangan Iran dan Amerika datang tepat seminggu setelah pemerintah Jepang menyetujui pengiriman Pasukan Pertahanan Maritim ke Timur Tengah bulan Februari mendatang.

Kapal tersebut akan bergabung dengan beberapa pesawat pengawas di bulan-bulan selanjutnya.

Unit tersebut direncanakan beroperasi di Teluk Oman, sebelah utara Laut Arab dan Teluk Aden dan juga akan diminta memastikan keamanan penghuni dan personil di kapal Jepang.

Kapal perang Jepang tidak akan beroperasi di Selat Hormuz, mengingat tempat tersebut adalah titik panas dan sudah ada beberapa tangker yang diserang di situ.

Baca Juga: Muncul Penampakan Siluet Tanduk Setan di Tengah Laut, Apa Sebenarnya Itu?

Profesor Akitoshi Miyashita, pengajar Hubungan Internasional di Universitas Tokyo, menyatakan "pembunuhan telah membuat pihak pemerintah Jepang terkejut dan Abe merasa malu karena dia-lah yang mencoba menjadi mediator dari kedua belah pihak."

Pemerintah Jepang juga telah berada di bawah tekanan Washington setelah berkomitmen memberi unit dalam hubungan koalis mereka di wilayah Timur Tengah.

Meski begitu mereka membatasi keterlibatan mereka menjaga garis pantai.

Hassan Rowhani, presiden iran, telah sampai di Tokyo pada 20 Desember 2019 silam untuk berbincang dengan Abe, dan menjadi pemimpin Iran pertama yang mengunjungi Jepang selama 2 dekade saat Perdana Menteri Jepang berusaha menjadi pereda ketegangan kedua negara tersebut.

Baca Juga: Tahap Pembalasan Dimulai, Iran Luncurkan Belasan Rudal ke Pangkalan Amerika Serikat di Irak, Dinamakan 'Martir Soleimani'

"Abe tidak diberitahu tentang serangan tersebut sehingga dia sampai kehilangan muka akibat hal ini," ujar Miyashita.

"Namun sekarang, tidak banyak yang dapat dilakukan.

"Abe berniat untuk mengirim kapal perang ke Timur Tengah dan kulihat tidak ada perubahan rencana, tetapi mungkin saja mereka berpikir ulang jika personil kapal perang atau pihak sipil Jepang terbunuh," tambahnya.

Jeff Kingston, pimpinan Studi Asia di kampus Universitas Temple, setuju jika pengiriman akan tetap dilakukan karena Abe tidak mampu membuat Trump lebih marah lagi.

Baca Juga: 2020, Bukan di Inggris Lagi Pangeran Harry dan Keluarganya Tinggal, Justru di Negara Ini Ia Akan Membesarkan Archie, Setelah Memyadari Nasib yang Menunggu Mereka di Keluarga Kerajaan

"Jepang sedang berada di posisi sulit dan aku yakin banyak orang berpikir bagaimana membuat isi kapal perang tidak terserang apapun," ujarnya dilansir dari SCMP.

"Jepang harus melakukan sesuatu agar Trump tetap senang, tetapi bersamaan dengan itu, Tokyo tidak ingin bermusuhan dengan Iran dan mereka tidak ingin menyebarkan ketakukan bagi masyarakat Jepang," ucapnya.

"Ketiga kondisi ini sulit untuk dilakukan."

Tokyo akan memikirkan penanganan kerusakan ini dan mitigasi risiko baru ini, ujar Kingston, dan sembari juga memikirkan risiko Korea Utara bertindak semena-mena setelah ketegangan meningkat.

Baca Juga: Tak Hanya Dikhawatirkan Picu Perang Dunia III, Ini Dampak Ketegangan Iran-AS pada Ekonomi Indonesia

"Menurutku Kim Jong-un akan menertawakan situasi ini karena dia punya kesempatan untuk menguji seberapa mampu Trump menangani masalah yang datang bersamaan," ujarnya.

"Ini meningkatkan perlunya Jepang untuk memelihara hubungannya dengan China karena China adalah pemain kunci, menilik program nuklir Korea Utara," ujar Kingston lagi.

"Aku yakin Abe pasti sebenarnya lebih memilih perubahan rezim, tetapi sepertinya menu itu tidak tersedia, sehingga ia harus menjaga negara dengan menoleh ke China untuk mengurangi tantangan yang mungkin muncul dari Korea Utara."

Artikel Terkait