Find Us On Social Media :

Ketika Masih Bayi Orang Tuanya Membuangnya di Tempat Sampah, Setelah Dewasa Justru Berharta Rp867 Miliar

By Afif Khoirul M, Jumat, 27 Desember 2019 | 13:14 WIB

Freddie Figgers bersama ibunya, Betty Figgers

Intisari-online.com - Sebagai manusia, kita memang tak bisa memilih di mana kita akan dilahirkan.

Tetapi, waktu memberikan kesempatan pada kita untuk memilih hidup yang sesuai dengan keinginan kita.

Seperti yang dilakukan oleh seorang pria bernama Freddie Figgers ini.

Saat terlahir di Florida, AS, ibunya membuangnya di tempat sampah.

Baca Juga: Hanya Ditinggali 5 Orang, Rumah 27 Lantai Termahal di Dunia Ini Milik Keluarga Terkaya di Asia, Begini Cara Mereka Merawatnya!

Tetapi, siapa yang menyangka, di usianya yang ke 30 tahun ia justru menjadi orang yang begitu sukses.

Semua itu tak lepas dari ketulusan hati Nathan dan Betty Figgers yang mengadopsinya, dua hari setelah ia dilahirkan.

Sejak kecil, Freddie sudah menunjukkan bakatnya untuk mengutak-atik komputer.

Melansir dari Bored Panda, Freddie berusaha memperbaiki komputer rusak pertama ketika ia berusia 9 tahun.

Baca Juga: Benda yang Selama Ini Kita Abaikan Ini Ternyata Ampuh Untuk Mengusir Semut Dari Rumah

Walaupun tak berhasil memperbaiki komputer tersebut, namun ia tak menyerah.

Kemudian di usianya yang ke 12 tahun, Freddie sudah bekerja menjadi teknisi komputer.

Hingga akhirnya, di usianya yang ke 15, Freddie sudah memulai mendirikan sebuah perusahaan komputasi cloud yang ia beri nama Figgers Computer.

Gagasan itu muncul dalam benak Freddie ketika sebuah dealer mobil di Alabama kehilagan semua file pelanggan mereka.

Setelah sebuah tornado melanda daerah tersbut.

Untuk mencegah kejadian tersebut terulang kembali, Freddie pun mmebantu mereka untuk mencadangkan file mereka di server jarak jauh, yang ia kelola di halaman belakang rumahnya.

Baca Juga: Bertemu Bocah Laki-laki 20 Tahun Lalu Saat Berlibur, Tak Disangka Ia adalah Jodoh Wanita Ini, 'Kami Semua Tidak Percaya'

Namun, dari berbagai inovasi yang ia ciptakan, Freddie paling bangga dengan sebuah sepatu buatannya.

Yakni, sepatu yang ia buat secara khusus untuk ayahnya, Nathan, yang menderita penyakit Alzheimer.

Penyakit itu membuat Nathan kehilangan ingatannya secara perlahan.

Namun, di saat penyakitnya semakin parah dan ingatannya menjadi semakin buruk, Freddie datang memberikan sebuah hadiah.

Yakni, sepatu yang dilengkapi dengan seperangkat alat pelacak dan komunikator dua arah.

"Saya bisa mengangkat telepon dan berkata, 'Hei Ayah, kamu di mana?' dan dia tak perlu melakukan apa-apa.

Baca Juga: Takut Suaminya Menikah Lagi Setelah Dirinya Meninggal, Wanita Penderita Kanker Ini Lakukan Hal Mengerikan Pada Suaminya

Hanya perlu membungkuk dan berbicara ke sepatunya dan saya dapat melacak lokasinya," ujar Freddie seperti dikutip dari Inspire More.

"Program itu sangat sukses dan sebuah perusahaan dari Kansas menghubungi saya dan mereka membeli program itu seharga 2,2 juta USD (sekitar Rp 30 miliar)," jelasnya.

Freddie kemudian menggunakan uang itu untuk mendirikan Figgers Communications, sebuah perusahaan telekomunikasi yang kini bernilai lebih dari 62 juta USD (sekitar Rp 867 miliar).

Perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan milik minoritas dari usaha sejenisnya di AS.

Freddie, sebagai pendiri dan CEO, telah menjadi berita utama dengan inovasi perusahaannya, yakni perangkat lunak anti-texting and driving.

Dia juga menciptakan sebuah ponsel yang dapat mengukur glukosa dalam darah secara wireless untuk para penderita diabetes.

Baca Juga: Kaleidoskop Intisari 2019: Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang yang Libatkan 20 Kendaraan Karena Rem Blong, Ternyata Ini yang Sebabkan Rem Blong

Bagi Freddie, kesuksesan bukan hanya sekadar uang, melainkan bagaimana kita dapat mengubah dunia menjadi lebih baik.

"Saya percaya, kepedulian akan menjadi sebuah tindakan nyata, dan jika Anda mendapat masalah, temukan solusi agar memberikan dampak yang dapat mengubah hidup seseorang," ujarnya.

"Saya akan memberi pengaruh pada dunia dan mengubah hari ini menjadi hari esok yang lebih baik.

Karena uang bukanlah segalanya, ia hanyalah sebuah alat.

Tetapi, dengan alat itu, kita dapat mempengaruhi dan mengubah kebiasaan manusia dengan adanya kesempatan," pungkasnya.(Dwi Nur Mashitoh/Sosok)

Artikel ini pernah tayang di Sosok.ID dengan judul Saat Lahir Dibuang Ibunya ke Tong Sampah, Ketika Dewasa Pria Ini Justru Berhasil Miliki Perusahaan Senilai Rp 867 Miliar