Teror Ular Kobra Melanda Beberapa Daerah di Indonesia, Benarkah Menggunakan Garam bisa Menangkal dan Mengusir Ular? Ini Penjelasannya!

Afif Khoirul M

Penulis

Anda bisa jadi pernah mendengar anggapan tersebut yang menyatakan taburan garam bisa mengatasi ular.

Intisari-online.com - Belakangan heboh teror ular kobra di sejumlah kota di Indonesia. Panji Petualang bahkan ikut turut tangan untuk melakukan penyelamatan karena teror ular kobra itu masuk ke wilayah permukiman warga.

Kemudian, Panji Petualang pun melakukan eksperimen terkait pemahaman orang banyak yang beranggapan bahwa ular takut garam.

Anda bisa jadi pernah mendengar anggapan tersebut yang menyatakan taburan garam bisa mengatasi ular.

Namun, anggapan itu ternyata terpatahkan setelah Panji Petualang melakukan eksperimen langsung di depan warga yang wilayahnya kena teror ular kobra.

Baca Juga: Kaleidoskop Intisari 2019: Antar BJ Habibie Menuju Peristirahatan Terakhir, Begini Kesaksian Sopir Mobil Jenazah Sang Presiden RI ke-3 Tersebut

Momen ini terlihat dalam siaran langsung berita di TV One News yang tayang pada 12 Desember 2019 dan diunggah ke channel Youtube.

Panji Petualang pun menunjukkam bayi ular kobra yang ditemukan dari rumah warga, lalu ditaburkan garam di sekitarnya.

Namun, ternyata taburan garam itu tak mempan.

"Reaksi ular ketika ada garam di sekitarnya biasa aja. Enggak ada rasa takut sakit kepanasan, enggak ada rasa perih atau apa," kata Panji Petualang.

Baca Juga: Bantu Atasi Kekeringan di Karawang, Penguin Bagikan Tangki Air

Menurutnya, garam tak memberikan pengaruh apa pun untuk membuat ular kobra takut. Ia menyebut justru ular takutnya pada manusia.

"Jadi enggak ada ular takut garam dan garam tidak memberi pengaruh apa pun ketika ada ular. Yang ditakuti ular ada manusia karena secara insting dan naluri ular tahu manusia itu predator atau ancaman," kata Panji Petualang menjelaskan.

Menurutnya, cara yang benar untuk mengatasi teror ular itu tak boleh sembarangan.

"Kalo menemukan, harus menggunakan safety tool jadi kita jangan pakai tangan langsung. Pakailah alat diangkat biar aman," katanya.

Dalam keadaan darurat, alat itu bisa macam-macam, bisa menggunakan safety tool khusus seperti tongkat.

Jika yang ditemukan adalah bayi ular, alat yang aman digunakan saat darurat bisa menggunakan sandal atau kayu.

"Cara kita nangkapnya juga harus pakai alat apa pun itu, mau pakai kayu atau sendal juga bisa kalo untuk baby ular," ujar Panji Petualang.

Baca Juga: Kaleidoskop Intisari 2019: Mengenang Meninggalnya Ani Yudhoyono Akibat Leukimia, Makanan Kesukaan Banyak Orang Ini Ternyata Pemicu Leukimia

Kemudian, terlihat momen saat Panji Petualang mempraktikkan ketika menangkap bayi ular kobra menggunakan sandal.

Ia menyebut, cara yang benar itu yakni menggencet bagian kepala ular menggunakan sandal.

Setelah digencet, lalu jepit menggunakan jari tangan agar kepala ular tersebut tak bergerak.

Setelah itu, terlihat Panji Petualang melepaskan sandal yang ada di tangan kanannya, lalu menggunakan tangan kanannya itu untuk memegang kepala bayi ular kobra yang ditekan.

Saat dipegang kepalanya terlihat bayi ular kobra itu tak berkutik.

Menurut Panji Petualang, bahaya dari ular kobra itu serangannya sehingga yang aman untuk menanganinya, yakni memegang bagian kepalanya.

"Bahaya ular ini serangan, yang aman itu pegang ular itu kepalanya, bagian bahaya dari ular kepalanya," ujar Panji Petualang.

Baca Juga: Kaleidoskop Intisari 2019: Jarang Diekspos, Inilah Sosok Ilham Habibie Putra BJ Habibie, Tak Lancar Bahasa Indonesia dan Ingin Wujudkan Mimpi Sang Ayah

Ia juga menjelaskan, mulut ular kobra itu berbahaya karena memiliki bisa. Terlebih ular kobra bisa menyemburkan bisa.

"Bagian bahaya ada di mulutnya. ada bisa di dalam mulutnya, bisa bahaya ketika ular menggigit, cuma kobra bisa nyembur," kata Panji Petualang.

Walaupun begitu Panji Petualang mengingatkan tak boleh sembarangan saat mengatasi adanya teror ular kobra.

"Intinya megangnya harus safety enggak boleh sembarangan," ujarnya.

Bagi Anda harus hati-hati jika menemukan ular. Anda bisa menghubungi atau meminta tolong orang profesional jika tak mengerti teknik untuk menangkap ular karena berbahaya jika kena gigitannya.

Teror Ular Kobra di Purwakarta

Teror ular kobra menghantui masyarakat di musim hujan ini. Di beberapa daerah Jawa Barat, warga sudah mendapati ada ular kobra berkeliaran.

Baca Juga: 10 Manfaat Kesehatan dari Minum Air Kunyit Hangat Seminggu Tiap Pagi Saat Perut Kosong, Termasuk Cegah Penuaan Lho!

Teranyar, di Purwakarta, juga ditemukan ular berbisa tersebut.

Menurut laporan Jurnalis Kompas TV, Gus Muhammad, di kanal YouTube Kompas TV, pihak Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Purwakarta sudah empat kali melakukan evakuasi terkait temuan ular kobra.

Terakhir, petugas mengevakuasi ular kobra di rumah warga, tepatnya di Gang Lodaya RT 06 RW 01 Kampung Baru, Kecamatan Purwakarta,

Meski sudah beberapa kali melakukan evakuasi, pihak Damkar menduga masih ada satu induk ular kobra yang berkeliaran.

Karena itu, warga pun masih khawatir dan dihantui keberadaan ular itu.

Pihak Damkar mengimbau, agar warga secepatnya melapor jika mendapati ada ular kobra berkeliara, apalagi sampai masuk rumah warga.

Secara terpisah, Panji Petualang sebenarnya sudah menjelaskan mengapa ular kerap ditemukan di wilayah permukiman.

Awalnya, Panji menjelaskan mengenai musim kawin ular dan reptil-reptil lain.

Ia mengatakan, ular dan reptil lain akan masuk musim kawin di awal tahun atau sekitar Januari sampai Maret.

"(Karena itu) biasanya di akhir tahun akan bermunculan anak-anak ular dan reptil lain ke dunia," ujar Panji Petualang, dikutip TribunJabar.id dari kanal YouTube PANJI PETUALANG, Sabtu (14/12/2019).

Lebih lanjut Panji menjelaskan mengenai alasan ular banyak ditemukan di permukiman.

Ia mengatakan, dulu sebelum manusia membuka lahan untuk tempat tinggal, para ular dan reptil lain hidup nyaman di tempat mereka.

Ular dan reptil lain ini tak terganggu.

Termasuk ekosistem dan rantai makanan mereka pun stabil dan seimbang.

Namun, seiring berjalanya waktu, populasi manusia semakin bertumbuh banyak.

Salah satu penyebab populasi manusia jadi banyak adalah karena tak ada predator yang memburu manusia.

Semakin lama, manusia membutuhkan tempat untuk tinggal.

Manusia pun, lanjut Panji, membuka lahan untuk tinggal.

Tak hanya itu, manusia juga membuka lahan untuk kepentingan tertentu seperti jalan, industri, dan lain sebagainya.

Pembukaan lahan tersebut, menurut Panji, tentu menganggu ekosistem yang ada.

Ular kobra dewasa sepanjang 2 meter yang ditangkap penjaja nasi goreng di Kampung PoncolRumah bagi para hewan akhirnya tergusur oleh pembukaan lahan manusia.

"Hewan tersebut pontang-panting ke sana ke mari mencari rumah baru untuk mereka. Ketika terciduk ditemukan manusia, manusia akan membunuhnya, manusia menganggap mereka adalah hewan berbahaya," ujar Panji Petualang.

Dia menjelaskan, kerusakan habitat itulah yang menjadi faktor utama mengapa ular masuk ke permukiman.

Lalu ada juga faktor lain.

Faktor lain ular masuk ke permukiman adalah karena kerap ditemukan tikus di sekitar rumah-rumah warga.

Tikus adalah makanan pokok dan makanan yang paling disukai oleh ular.

Beberapa kobra dan jenis ular lainnya menyukai tikus.

"(Akhirnya) mereka masuk ke permukiman untuk memburu tikus," kata Panji. (Widia Lestari/Tribun Jabar)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Ngeri Teror Ular Kobra, Cara Atasinya Bukan Pakai Garam, Ini yang Benar Kata Panji Petualang

Artikel Terkait