Penulis
Intisari-Online.com – Pro dan kontra kembali menghampiri keluarga Ruben Onsu.
Sebelumnya, netizen berkomentar terkait pemberian ASI milik Sarwendah kepada Betrand Peto.
Kali ini beda lagi.
Dilansir dari kompas.com pada Sabtu (14/12/2019), warganet berkomentar mengenai Betrand Peto yang menyentuh dada Sarwendah pada sebuah acara.
Video tersebut merupakan potongan Instagram Story di akun media sosial milik Ruben Onsu.
Banyak warganet yang membela Sarwendah, banyak pula yang memberikan pandangan miring.
Psikolog anak dan keluarga, Astrid WEN angkat bicara mengenai hal ini.
Belum tentu disengaja Usai menonton video yang viral tersebut, Astrid berpendapat bahwa kita tidak bisa menyalahkan anak asuh Sarwendah.
“Tidak bisa ditentukan apakah intensional (disengaja) atau tidak, tidak bisa di-judge.”
“Tapi kalau dari ceritanya, dia (Betrand) yang tidak pernah dapat ASI sebelumnya dan lain-lain mengingatkan kita akan pentingnya edukasi seks sejak dini,” tutur Astrid kepada Kompas.com pada Rabu (11/12/2019).
Baca Juga: Pilot Diduga Kerja Overtime, 2 Pesawat Garuda Indonesia Nyaris Tabrakan
Menurut Astrid, salah bila banyak orang mengatakan edukasi seks dilakukan mulai remaja.
“Edukasi seks itu harus diajarkan mulai usia 1,5 menuju 2 tahun. Bukan diajarkan tentang berhubungan seks ya, tapi hal mendasar yaitu gender,” lanjutnya.
Edukasi yang paling pertama diajarkan adalah tentang gender.
Apakah anak tersebut laki-laki atau perempuan, bagaimana tubuhnya sama dengan ayahnya atau ibunya?
Lalu bagaimana jika anak sudah remaja seperti Betrand Peto?
“Jika kasusnya anak asuh apalagi yang sudah remaja, perlu dibantu dengan edukasi atau pengajaran.”
“Supaya tidak terjadi miskomunikasi.”
“Ibu berhak menentukan batasan fisik, dan mengajarkan bahwa 'cara pemberian kasih sayang di keluarga ini berbeda dengan keluargamu sebelumnya',” papar Astrid.
Refleks Sarwendah
Bagaimana tentang perilaku Sarwendah usai Betrand memegang dadanya?
Astrid menyebutkan bahwa Sarwendah melakukan hal yang benar.
“Kalau saya lihat di videonya, Sarwendah itu refleks menepis (tangan anaknya)."
"Itu merupakan mekanisme pertahanan diri, penanda batasan area personal kita,” tuturnya.
Astrid menilai cara Sarwendah dengan refleks menepis tangan anaknya merupakan hal yang wajar dilakukan.
Jika tidak begitu, lanjut ia, bisa jadi Sarwendah memiliki trauma akan sentuhan fisik atau kejadian yang tidak umum sebelumnya.
“Aku lihat cara Sarwendah menepis masih wajar. Ibu memang sangat berhak disentuh oleh anaknya.”
“Namun jika sentuhan itu dirasa berlebihan oleh ibu, ibu berhak memberitahu anaknya,” lanjutnya.
Dalam hubungan ibu-anak, sentuhan adalah bukti kasih sayang.
Astrid mengatakan dari sisi ibu sendiri, penting untuk mengatakan bahwa ‘mama sayang sama kamu, tapi mama kurang nyaman jika disentuh seperti ini’.
Kemudian, menunjukkan cara sentuhan yang nyaman untuk ibu misal dengan menggengam tangan.
Edukasi seperti ini akan berpengaruh terhadap relasi pertemanan dan percintaan si anak di masa mendatang.
“Cara kita memberikan batasan juga akan dicontoh oleh anak, dalam relasi pertemanan atau dengan lawan jenisnya,” tutup Astrid. (Sri Anindiati Nursastri)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Viral Betrand Peto Sentuh Dada Sarwendah, Ini Kata Psikolog Keluarga")
Baca Juga: Vidi Aldiano Idap Kanker Ginjal: 5 Gejala Kanker Ginjal, Salah Satunya Sakit Punggung