Penulis
Intisari-Online.com - Dalam upaya untuk mengurangi populasi tikus di New York City, tim pengendalian hama justru menciptakan generasi baru 'tikus super.'
Dilansir dari Daily Star, Rabu (11/12/2019), menurut Jonathan Richardson, dari University of Richmond, upaya pengendalian hama memang berhasil membunuh sebagian besar populasi tikus.
Namun, tikus-tikus yang lolos dan masih bertahan hidup justru mengembangkan genetik yan lebih fit.
Jonathan mengatakan bahwa para penyintas lebih cenderung memiliki sifat-sifat yang membuat mereka dapat menghindari serangan gempuran rodentisida dan perangkap.
Penyintas ini kemudian menghasilkan bayi tikus, yang mewarisi sifat-sifat kuat itu.
Jonathan menjelaskan:
"Jika hanya tikus terkuat yang berhasil lolos, para penyintas mungkin akan lebih beradaptasi untuk mengambil keuntungan dari ladang ranjau sumber daya yang tinggi di kota-kota modern."
Mereka kemudian menghasilkan populasi baru 'tikus super' yang akan terus berkembang biak lagi.
Beberapa ilmuwan sejak itu mengidentifikasi gen spesifik dalam "tikus super" yang tahan terhadap rodentisida.
Meskipun jutaan dolar dihabiskan setiap tahun untuk memerangi tikus di kota, jumlah mereka tampaknya terus meningkat.
Sebagian besar populasi tikus pulih dengan cepat setelah kampanye kontrol berakhir.
Ini adalah sebuah fenomena yang dikenal sebagai "efek bumerang."
Kampanye pemberantasan intensif di Salvador, Brasil pada 2015, berhasil memotong populasi tikus menjadi dua.
Tetapi menyebabkan pengurangan 90% dalam variasi genetik yang terkandung dalam populasi tersebut.
Pemusnahan ini menyebabkan hilangnya banyak varian gen paling langka tikus.
Kemudian, karena para penyintas lebih mungkin terkait erat satu sama lain, ada risiko yang lebih besar untuk kawin sedarah.
Masalahnya adalah bahwa jarang ada koordinasi antara staf manajemen hama yang bekerja dengan kota atau pemilik properti.
Seringkali dengan jadwal pendek dan anggaran yang tidak mencukupi, dan para ilmuwan tertarik untuk melacak kelangsungan hidup jangka panjang spesies hama perkotaan.
Sebagai koordinator kesehatan lingkungan untuk kota Somerville, Massachusetts, Georgianna Silveira berada di garis depan upaya untuk mengintegrasikan manajemen hama dan keputusan kebijakan dengan perspektif ilmiah tentang tren jangka panjang.