Find Us On Social Media :

Pelaku Pelemparan Air Mani di Tasikmalaya Belum Terungkap, Begini Cara-cara Lawan Pelaku Ekshibisionis

By Maymunah Nasution, Minggu, 17 November 2019 | 22:00 WIB

Teror sperma terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Intisari-online.com - Tasikmalaya geger setelah terjadi kasus pelecehan seksual yang viral di media sosial.

Kasus tersebut terjadi ketika belasan perempuan dilempari air mani oleh pelaku yang masih misterius.

Penyelidikan sudah mendapatkan domisili dan kendaraan bermotor yang dipakai oleh pelaku.

Namun motif dan keterangan lainnya masih belum ditemukan, demikian pula dengan pelaku yang masih bebas tersebut.

Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas Setinggi 1000 Meter

Modus operandi pelaku adalah mendekati calon korban di pinggir jalan dengan berkendara motor Scoopy hitam ber-plat Z 5013 LB.

Saat korban sudah dekat, pelaku mengeluarkan kata-kata kotor kepadanya.

Selanjutnya, tangan pelaku masuk ke dalam celana pelaku, tepat di bagian alat vital dan kemudian melempar air maninya ke arah korban.

Sudah banyak korban yang mengalami kasus ini, membuat semakin banyak perempuan resah dan takut untuk bepergian sendirian.

Perilaku ekshibisionis sendiri sudah banyak ditemukan dan sering menjadi kasus kepolisian.

Namun, kasus-kasus tersebut juga tentu saja mengerikan.

Baca Juga: Tunangan Jessica Iskandar Jalani Cangkok Kulit: Begini Prosedur Cangkok Kulit dan Kisah Pasien yang Selamat Berkat Cangkok Kulit

 

Ekshibisionis tidak hanya dilakukan oleh pria, tetapi wanita juga dapat melakukannya.

Ekshibisionis atau kelainan seksual untuk memamerkan alat kelamin ataupun bagian-bagiannya merupakan penyakit mental dan tergolong berbahaya jika tidak ditangani.

Pelakunya, disebut oleh Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dr. Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ sebagai pengidap gangguan ekshibisionismeKelainan itu muncul sebagai bentuk ketidakmampuannya menyalurkan hasrat secara benar. Mereka menikmati reaksi ketakutan yang ditunjukkan oleh perempuan yang menjadi sasaran aksinya.

Namun, Dharmawan menyebut perilaku ini merupakan cara seorang laki-laki yang tidak jantan alias 'banci'.

Mereka memamerkan kemaluan atau bagian privatnya kepada orang lain, karena tidak berani melakukan tindakan secara fisik pada korban.

"Biasanya enggak (melakukan hal yang lebih parah)."

"Karena psikodinamiknya penderita sebenarnya orang yang enggak berani agresif secara fisik."

"Makanya mereka ekspresinya dalam agresi seksual yang banci," ujar dia.

Baca Juga: Miliki Lengan Berorot Seperti Popeye, Pria Ini Justru Harus Segera 'Menghilangkannya', Kalau Tidak Hal Buruk Ini Bisa Terjadi Padanya, Mengapa?

 

Untuk itu, bagi para perempuan yang menjadi korban dari pengidap ekshibisionisme di tempat-tempat umum, baik ramai maupun sepi, jangan takut untuk memberikan respons perlawanan.

Respons itu misalnya dengan cara berteriak, sehingga pelaku akan merasa aksinya tidak lagi aman untuk dilakukan.

"Enggak berani memperkosa. Ya, teriaki saja," jawab Dharmawan singkat.

Terkadang, perempuan yang menjadi korban aksi ekshibisionisme merasa takut untuk memberikan perlawanan atau sekadar memintanya menghentikan aksinya dan pergi.

Ada pikiran, bahwa pelaku mungkin saja akan berbuat sesuatu yang jauh lebih buruk jika diberi perlawanan.

Akan tetapi, kini perempuan tidak perlu ragu untuk meneriakinya, terlebih jika kondisi ramai.

Hal itu akan membuatnya pergi ketakutan, karena kembali pada keadaan dasar pelaku yang memang tidak memiliki keberanian lebih sehingga melampiaskan hasrat seksualitasnya dengan jalan seperti itu.

Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan Judul Bertemu Pria Ekshibisionis, Jangan Takut Melawan!

Baca Juga: Ingin Jadi Ayah Hebat? Salah Caranya Cukup Ajak Anak Anda Bermain dengan Sepenuh Hati