Penulis
Intisari-online.com -Nama Laurent Simons menjadi viral setelah berita mengabarkan dia akan mendapat gelar Sarjana Teknik Listrik di umurnya yang baru 9 tahun.
Tentu saja pencapaiannya membuat banyak orang bertanya-tanya 'apa yang telah aku lakukan dalam hidupku?' karena pencapaian yang tidak setinggi apa yang telah diraih Laurent Simons.
Bocah jenius dengan IQ 145 tersebut dengan mudah menyelesaikan silabus SMA saat ia berumur 8 tahun.
Tidak hanya itu, anak berkebangsaan Belgia tersebut akan diwisuda di bulan Desember atau 9 bulan setelah dia memulai kuliahnya.
Dikabarkan dia berkuliah di Universitas Teknologi Eindhoven atau TUE dan belajar dari mentornya, John Wilkes yang merekomendasikannya untuk melanjutkan di Universitas Oxford.
Laurent tergolong sebagai 'Child Prodigy' atau anak yang memiliki kepintaran luar biasa.
Kepintarannya diperhatikan pertama kali oleh kakek dan neneknya dan semenjak itu dia sedikit didorong oleh keduanya.
Saat gurunya memahami bahwa Laurent memiliki kepintaran yang luar biasa, gurunya pun mendukung dorongan oleh kakek dan neneknya.
Dia berhasil menyelesaikan berbagai macam tes dengan nilai memuaskan.
Umumnya jika memiliki anak yang demikian, orang tua pasti akan bangga dan semakin mendorong untuk semakin maju.
Namun orang tua Laurent Simons justru berpikiran lain.
Laurent Simons sendiri mendapatkan kepintarannya dari keluarganya yang memiliki latar belakang dokter.
Ayah dan Ibunya adalah dokter, selain itu Ibunya memakan banyak ikan saat mengandung Laurent.
Tentu dapat kita ketahui dari situlah kecerdasan Laurent berasal.
Selain belajar teknologi, Laurent juga ingin belajar "sedikit mengenai dunia kedokteran."
Impiannya adalah membuat dan mengembangkan organ buatan yang mampu membantu umat manusia.
Tentu anak cerdas ini sudah memiliki rencana matang untuk menggapai impiannya, yaitu dengan merevolusi prosedur operasi jantung.
Impian ini muncul karena kedua kakek-neneknya memiliki penyakit jantung.
Laurent sendiri juga masih memiliki kehidupan di luar belajar.
Diceritakan dia menghabiskan waktu bermain permainan seperti Fortnite dan Minecraft.
Dia juga menyukai menonton Netflix serta, bermain bersama teman-temannya. Dan orangtua Laurent mengharapkan Laurent untuk tetap demikian.
Tidak seperti kakek-neneknya yang mendorongnya, orangtua Laurent berusaha agar Laurent mendapatkan waktu bermain yang cukup dan memastikan dia tidak terlalu serius.
Menurut mereka, mereka masih harus menemukan keseimbangan untuknya menjadi anak kecil dengan bakat yang dia miliki.
Oleh sebab itu, kedua orangtuanya tidak memaksa Laurent untuk terburu-buru mencapai impiannya.
Mereka bangga Laurent mencapai pencapaian hebat di umur yang sangat belia.
Ayahnya pun juga berpikir bahwa Oxford akan menjadi kampus yang cocok untuk Laurent.
Namun, mereka berdua juga lega mengetahui Laurent bermain dengan normal dan memikirkan untuk bersenang-senang.
Mereka mendukung Laurent untuk berlibur ke Jepang sebagai peristirahatan dari apa yang telah ia lakukan.