Penulis
Intisari-online.com - Beberapa hari ini kabar mengenai terbunuhnya pemimpin militan ISIS, Al Baghadi menghiasi media.
Banyak kisah menarik dari pembunuhan orang nomor 1 di ISIS tersebut salah satunya yang sedikit diketahui oleh umum adalah berawal dari celana dalamnya dicuri.
Melansir CTV News dan BBC pada Rabu (30/10/19), operasi pembunuhan Al-Baghadi ternyata membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Dan salah satu kuncinya adalah "Celana dalamnya"
Menurut keterangan pasukan khusus dan intelijen menargetkan pencopetan pakaian dalamnyaselama berbulan-bulan sebelum membunuhnya.
Setelah mendapatkan celana dalam itu, Pasukan Operasi Khusus AS kemudian memimpin serangan terakhir, dan mencoba menghancurkan pemimpin pasukan sparatis tersebut.
Polat Can, penasihat senior Pasukan Demokratik Suriah yang Memimpin Kurdi, mengatakan para pejuang itu bekerja sama dengan CIA pada 15 Mei setelah Baghdadi terlihat di provinsi Idlib.
"Sumber kami sendiri, yang telah mampu mencapai al-Baghdadi, membawa pakaian dalam al-Baghdadi untuk melakukan tes DNA dan memastikan (100%) bahwa orang yang dimaksud adalah Al-Baghdadi sendiri," tulis Can di Twitter.
Sebelum serangan di mulai informan mencuri pakaian dalam Al-Baghadi, di mana ia adalah pasukan intelijen, kemudian, celana dalam itu digunakan untuk mengambil sampel darah dan DNA, kata NBC News.
Amerika Serikat memiliki sampel DNA dalam arsip Al-Baghdadi, seorang Sunni Irak yang ditahan oleh pasukan AS pada tahun 2004 di kota titik api Fallujah sebelum naik ke puncak sebagaipimpinan kelompok Negara Islam, juga dikenal sebagai ISIS.
Penangkapan Al Baghadi
Seperti saat Osama bin Laden yang terbunuh 2011, di kota garnisun, Pakistan, Abbottabad, Al Baghadi juga menentang kebijakan konvensional tentang di mana ia akan bersembunyi.
Laporan mengatakan, Al-Baghadi sebelumnya pindah dari Deir ez-Zor di wilayah padang pasir untuk melakukan perlawanan terakhir pada Kurdi, di sebuah desa bernama Barisha di Idlib.
Kemudian, pasukan AS memasuki kopleks helikopter dengan cepat menetralisir pasukan Al Baghadi dalam pertempuran senjata dan kemudian mengamankan gedung.
Al-Baghadi lari ke sebuah terowongan dan menyadari dia terpojok, kemudian meledakkan rompi dan bunuh diri bersama ketiga anaknya.
Pasukan AS sempat menembakan rudal, bom, dan sejata untuk meledakkan kompleks ketika mereka pergi, dan membuang tubuh Baghadi yang hancur.
Trump mengatakan al-Baghdadi yang kelompoknya telah membantai dan memperbudak ribuan warga sipil, tetapi dia "merintih, menjerit dan menangis" ketika dia menghadapi kematian.
Jenderal Mark Milley, ketua staff gabungan AS tidak mengkonfirmasi detailnya tetapi mengatakan Trump mungkin telah mendengar itu langsung dari anggota unit, tidak ada yang terluka.
Trump menggambarkan al-Baghdadi sebagai "pengecut" dan "pecundang" dan mengatakan dia "mati seperti anjing."
Kebetulan pada saat operasi, seekor anjing yang merupakan salah satu anggota "unit K-9" AS yang mengejar al-Baghdadi terluka tetapi tidak terbunuh.
Milley memuji anjing itu karena "pelayanannya yang luar biasa."