Penulis
Intisari-Online.com - Wawa Chombonggai, dari suku Korowai di Papua Nugini, baru berusia enam tahun ketika dia harus dikorbankan oleh sukunya.
Sukunya percaya bahwa jika seseorang meninggal, itu dikarenakan roh jahat.
Saat itu, pada 2006 kedua orang tua Wawa meninggal mendadak.
Wawa pun dianggap sebagai roh jahat dan sukunya sudah mengincar dirinya untuk dikorbankan.
Baca Juga: 'Kalau Ia Meninggal, Kuburlah Ia Dalam Kuburku', Bukti Cinta Bung Karno pada Naoko Nemoto
Tetapi seorang pemandu untuk Channel Seven, Kornelius Sembiring mendengar tentang rencana itu dan menyelamatkan Wawa.
Dia membawa bocah itu ke rumahnya sendiri di Sumatra 13 tahun yang lalu.
Dilansir dari The Sun, Minggu (27/10/2010), Wawa, sekarang berusia 20 tahun dan masih tinggal bersama keluarga angkatnya.
Namun, dia ingin kembali ke suku asalnya untuk mendidik tentang mengapa mereka harus "bekerja sama, tidak saling membunuh."
Dia kemudian melakukan perjalanan ke hutan dengan reporter Channel Seven untuk reuni yang hangat.
Dia bersatu kembali dengan saudara-saudaranya Wilhelmus, Devi dan Lepina serta sejumlah bibi dan paman.
Wawa menjadi kewalahan dengan reuni emosional dan menangis ketika Kornelius berbicara untuknya.
Berbicara kepada Sunday Night, Kornelius berkata: “Sebelumnya dia merasa sendirian. Tapi sekarang ... dia punya keluarga besar."
Terlepas dari sambutan hangat yang diterima Wawa, dia juga mengangkat masalah tentang apa yang terjadi pada pamannya bersama keluarganya.
Pamannya terbunuh setelah berselingkuh dengan istri pria lain.
Baca Juga: Kisah Seorang Ibu yang Simpan Janin Bayinya Seminggu dalam Kulkas, Alasan di Baliknya Memilukan
Wawa berkata: “Kita harus berbicara dan berdiskusi dengan cara yang baik untuk mendapatkan solusi.
“Kenapa kamu membunuh seperti itu? Bukankah kita punya solusi seperti berbicara dengan orang lain atau berbicara dengan pemimpin masyarakat? ”
Dia menambahkan dia ingin suku belajar cara baru untuk berperilaku karena yang sekarang membuat mereka "lemah" dan terbuka untuk diambil alih oleh kelompok lain.
Pamannya mengatakan mereka ingin Wawa menjadi pemimpin suku.
Saudara laki-laki Wawa, Devi, juga menghadapi ancaman serupa dari suku itu dan dia ingin membawa adik lelakinya pulang, tetapi belum dapat melakukannya.
Anggota suku mengatakan kepada Wawa akan baik-baik saja selama dia mematuhi ketentuan pengasingannya.
Meskipun Wawa sekarang telah kembali ke rumah, dia berjanji untuk kembali ke desa.