Penulis
Intisari-Online.com – Hari Senin (21/10/2019) dan Selasa adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia setelah sebelumnya Joko Widodo dilantik sebagai Presiden RI periode 2019-2024.
Pengumuman siapa yang menjadi para ‘pembantu’ presiden di kabinet yang baru itulah yang ditunggu oleh masyarakat Indonesia.
Rakyat Indonesia ingin segera mengetahuinya, maka berbagai media yang menyiarkannya pun tak luput dari pantauan masyarakat.
Hingga akhirnya Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan jajaran menteri di kabinetnya.
Saat Joko Widodo resmi memperkenalkan menterinya di Kabinet Indonesia Maju, beliau duduk bersama ngemper di tangga teras Istana Merdeka.
Suasana cair dan terkesan santai ini, sangat kontras dengan lima tahun lalu. Ketika pertama kali menjabat sebagai Presiden pada 2014, Jokowi mengenalkan para menteri yang berjejer di teras belakang Istana Merdeka.
Cara Jokowi memperkenalkan para menteri memang tidak biasa dan menarik.
Namun berkat peristiwa ini juga, banyak warganet yang justru salah fokus dengan posisi duduk Jokowi.
Pasalnya, Jokowi duduk bersila dengan kedua telapak kaki saling berhadapan.
Banyak netizen bertanya di sosial media, bagaimana bisa Jokowi duduk seperti itu. Bahkan ada yang sampai membuat tantangan di Twitter.
Penasaran dengan hal ini, Kompas.com pun menghubungi dr Michael Triangto, SpKO, spesialis dokter kesehatan olahraga.
"Sepertinya ini kondisi hyperlaxity," ungkap dokter yang akrab disapa Michael itu kepada Kompas.com, Kamis (24/10/2019).
Michael menjelaskan, kondisi hyperlaxity tidak dimiliki semua orang. Ini seperti bakat alami yang sudah ada sejak lahir.
"Hyperlaxity maksudnya terlalu lentur. Hal ini bukan karena latihan tertentu dan tidak ada pada semua orang," terangnya.
Michael pun menambahkan, hal ini tidak ada kaitannya dengan kaki atau telapak kaki yang terlalu panjang.
Bukan kondisi medis Hyperlaxity juga terkadang disebut joint hypermobility atau hipermobilitas sendi.
Seseorang yang memiliki hyperlaxity atau hipermobilitas memiliki sendi yang lebih lentur dibanding kebanyakan orang.
Dilansir versusarthritis.org, kondisi ini dibawa sejak lahir dan sudah disadari sejak masih anak-anak.
Namun perlu diketahui, hypermobility atau hyperlaxity bukanlah kondisi medis dan tidak perlu dikhawatirkan.
Terkadang, orang yang memiliki hyperlaxity justru berprestasi di bidang olahraga atau menari.
Bisa menyebabkan nyeri sendi
Dilansir Mayo Clinic, beberapa orang yang memiliki hyperlaxity kerap mengalami nyeri sendi, keseleo, dan dislokasi.
Bila Anda termasuk orang dengan hyperlaxity yang kerap mengalami gejala di atas, disarankan untuk menjalankan terapi fisik yang dapat menguatkan otot-otot di sekitar persendian.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gaya Duduk Jokowi saat Ngemper Bikin Salah Fokus, Kenapa Bisa Begitu?"