Penulis
Intisari-Online.com -Pelantikan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dilangsungkan pada Minggu (20/10/2019).
Keduanya resmi menjadi pasangan presiden dan wakil presiden yang akan memimpin Indonesia hingga 2024 mendatang.
Jokowi dan Ma'ruf Amin dilantik di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Berbicara mengenai tempat pelantikan Jokowi'Ma'ruf, Gedung DPR/MPR, turut menyaksikan dinamika bangsa Indonesia.
Salah satunya masa menjelang reformasi pada tahun 1998, Gedung DPR diduduki oleh mahasiswa yang berasa dari berbagai kampus.
Total dari 54 kampus ribuan mahasiswa turun dan menduduki gedung DPR/MPR RI untuk melengserkan Presiden Soeharto pada reformasi 18 Mei 1998 silam.
Gedung ini menjadi saksi bisu lahirnya reformasi dan tumbangnya orde baru di Indonesia.
Masih berdiri kokoh di Senayan, gedung ini sudah berumur 54 tahun.
Bung Karno menjadi pencetus pembangunan gedung yang beratap hijau.
Kala itu, Presiden Soekarno berencana menggelar Conference of the New Emerging Forces (CONEFO), yang merupakan wadah dari semua New Emerging Forces.
Conefo dimaksudkan sebagai saingan terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Adapun beberapa anggotanya berasal dari berbagai negara, antara lain negara-negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, negara-negara sosialis, negara-negara komunis, dan semua Progressive Forces dalam kapitalis.
Proyeknya digarap pemenang sayembara, yaitu tim dari Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang dipimpin Sujudi Wirjoatmodjo, arsitek jebolan Technische Universitat Berlin Barat.
Pemancangan tiang pertama pada 19 April 1965. Pembangunan terhenti karena meletus peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Pada 9 November 1966, Soeharto sebagai ketua Presidium Kabinet Ampera, menginstruksikan untuk melanjutkan proyek pembangunan gedung CONEFO, tetapi peruntukkannya akan menjadi gedung parlemen.
Keputusan ini diambil setelah proyek gedung DPR GR di Lapangan Banteng terhenti.
CONEFO sendiri dibubarkan oleh Suharto pada tanggal 11 Agustus 1966.
Melalui proses pembangunan yang cukup lama, akhirnya pembangunan Gedung MPR/DPR RI bisa diselesaikan pada 1 Februari 1983.
Gedung DPR/MPR RI memiliki luas sekitar 80.000 meter persegi. Kompleks parlemen terdiri dari lima gedung.
Gedung-gedung dalam kompleks parlemen dulunya dinamai dari bahasa Sansekerta.
Tak jarang, nama-nama ruangan ini salah diucapkan oleh anggota parlemen.
Akhirnya pada 14 Desember 1998 memutuskan penggantian nama gedung-gedung DPR/MPR.
Gedung-gedung yang menggunakan bahasa Sansekerta pun berubah: Grahatama menjadi Gedung Nusantara, Lokawirasabha Tama (Gedung Nusantara I), Ganagraha (Gedung Nusantara II), Lokawirasabha (Gedung Nusantara III).
Selain itu, Pustakaloka (Gedung Nusantara IV), Grahakarana (Gedung Nusantara V), Samania Sasanagraha (Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI), dan Mekanik Graha (Gedung Mekanik).
Gedung DPR yang berdiri tegak di kawasan Senayan kini masih menjadi tempat kerja para wakil rakyat.
Gedung DPR/MPR juga dijadikan sebagai tempat pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. Salah satunya yaitu melantik Joko Widodo dan Ma'ruf Amin pada Minggu (20/10/2019).
Gedung DPR juga menerima para pengunjung untuk melakukan studi wisata. Pengunjung mesti melakukan sejumlah prosedur untuk bisa masuk.
Selama melakukan tour building pengunjung diberikan penjelasan tentang sejarah DPR RI, sejarah gedung dan arti hiasan – hiasan atau ornamen yang terdapat pada gedung DPR RI.(Yana Gabriella)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sejarah Gedung DPR/MPR, Tempat Pelantikan Presiden 2019