Penulis
Intisari-online.com - Lokalisasi Sunan Kuning resmi ditutup Pemerintah kota Semarang pada Jumat (18/10/2019) kemarin.
Lokalisasi Sunan Kuning memang sudah sejak lama dikenal sebagai tempat wanita pekerja seksual bekerja.
Mengutip Kompas.com, lokalisasi Sunan Kuning awalnya dibentuk Pemerintah Kota Semarang pada tahun 1966.
Tujuannya agar wanita pekerja seksual tak bekerja di sembarang tempat di Kota Semarang.
Pada tahun 2019 ini, setidaknya ada lebih dari 400 wanita pekerja seksual yang bekerja di lokalisasi Sunan Kuning.
Penutupan lokalisasi Sunan Kuning ini tak serta merta ditutup guna mengurangi transaksi prostitusi.
Rencananya, Pemkot Kota Semarang ingin mengubah kawasan Sunan Kuning menjadi tempat wisata.
Mengutip Tribun Jateng, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Indiyasari mengatakan pihaknya menilai kawasan Sunan Kuning bisa dikembangkan menjadi wisata religi dan kuliner.
Pasalnya, ada makam penyebar agama Islam bernama Soen An Ing di kawasan Sunan Kuning.
"Kami akan masuk ke sana. Kami mengubah mindset masyarakat terlebih dahulu."
"Mereka sudah bertahun-tahun dengan kondisi seperti itu, makanya kami harus ubah pola pikirnya," ucap Indrayani.
Juru Kunci Makam Sunan Kuning, Siti Komariyah (63) berada di Makam Sunan Kuning.
Sukmawati (59) menjadi salah satu warga yang terkena imbas penutupan lokalisasi oleh Pemkot Semarang.
Wanita yang hampir berusia kepala enam itu mengaku sedih, lokalisasi tempatnya mengais rejeki ditutup.
Pasalnya, perempuan yang akrab disapa Wati ini merupakan salah satu pemilik wiswa dari 178 karaoke yang berdiri di lokalisasi Sunan Kuning.
Wati mengaku, sudah 19 tahun ia menggeluti bisnis dunia malam di lokalisasi tersebut.
Baca Juga: Hari Osteoporosis Sedunia : Cintai Tulang Agar Terhindar dari Pengeroposan
"Awalnya sedih saat mendengar Pemkot Semarang akan menutup lokalisasi SK.
"Saya sudah betah di sini," ungkap Wati, dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
Meski begitu, Wati hanya bisa pasrah mengkitui keputusian Pemkot Semarang.
"Tapi ya mau gimana lagi, karena ini program pemerintah terpaksa harus dijalankan.
"Tapi untungnya karaokenya masih bisa tetap buka jadi ya bersyukur, karena masih bisa dapat pemasukan meski tak seperti biasanya," lanjut Wati.
Sebelum ada wacana penutupan lokalisasi, Wati mengaku bisa meraup keuntungan besar.
Suasana di salah satu tempat karaoke di lokalisasi Sunan Kuning, Kota Semarang, pada Kamis (17/10/2019).
Tak tanggung-tanggung, uang sejumlah Rp 20 juta bisa ia dapatkan dalam semalam.
Perlu diketahui UMR (Upah Minimum Regional) Jakarta saat ini Rp3.9 juta, artinya jumlah tersebut bahkan hampir 5 kali UMR Jakarta.
Baca Juga: Dua Hari Didiagnosis Dokter, Wanita Ini Meregang Nyawa, Ternyata Ini Penyakit yang Dideritanya
Namun setelah Pemkot Semarang mendengungkan akan segera menutup lokasi bisnisnya, omset Wati berkurang drastis hingga turun 70 persen.
"Wisma karaoke saya jadi sepi pengunjung sejak setahun terakhir akan ditutup. Yang datang jadi pada takut karena peraturan itu.
"Makanya omsetnya turun drastis gak sampai Rp 10 juta.
"Padahal mesti bayar uang sewa dua rumah karaoke yang masih ngontrak, belum bayar kebutuhan yang lain," tutup Wati. (Agil Hari Santoso/Grid.ID)
Artikel ini pernah tayang di Grid.ID dengan judul 19 Tahun Geluti Bisnis Dunia Malam hingga Mampu Raup Rp 20 Juta Semalam, Wanita Pemilik Karaoke Kecewa Lokaliasi Sunan Kuning Semarang Ditutup