Penulis
Sejak Indonesia hadir sebagai Guest of Honor Country pada Frankfurt Book Fair (Frankfurt Buchmesse/FBF) pada 2015, industri buku negeri kian percaya diri untuk tampil di berbagai ajang pameran buku internasional.
Tahun ini, Indonesia kembali hadir di ajang FBF yang berlangsung 16-20 Oktober 2019 di Frankfurt, Jerman.
Stan Indonesia tahun ini membawa 350 judul buku dari 10 penerbit, yakni Gramedia Publishers, Mizan Group, Kesaint Blanc, ASTA Ilmu Publishing, Fabula, PT Kanisius, Lontar Foundation, Marjin Kiri, Pionicon, Yayasan Pustaka Obor, re:On Comics, Baca, Borobudur Agency, dan Literasia.
Ke-350 judul buku terbagi ke dalam banyak genre, mulai dari fiksi, non-fiksi, sastra, komik hingga kuliner.
Baca Juga: Peringati 9.5 Philanthropy Week, UCWeb Donasikan 10.000 Buku untuk Tingkatkan Membaca di Indonesia
Ratusan buku ini dikurasi Komite Buku Nasional (KBN) dan tim kurator independen dari hasil open call berdasar riset pasar dan perhelatan sebelumnya.
Laura Bangun Prinsloo, Ketua KBN menuturkan, pasar Asia cenderung mencari buku nonfiksi dan pendidikan.
Buku anak pun tidak dipersoalkan ilustrasinya, digital dan gambar tangan sama-sama laris.
“Namun di Eropa, ilustrasi yang dilirik cenderung hand drawn. Yang digital tidak dilirik lagi,” jelasnya.
Sejumlah penulis Indonesia turut mengisi rangkaian kegiatan perhelatan internasional ini, di antaranya Diana Rikasari, Feby Indirani, Goenawan Mohamad, Rio Johan, dan Soe Tjen Marching.
Soe Tjen Marching, penulis The End of Silence: Accounts of the 1965 Genocide in Indonesia, akan tampil di talkshow program bergengsi Asean Forum bersama penulis asal Filipina dan Vietnam.
Dimoderatori Ronny Agustinus, pendiri penerbit Marjin Kiri, mereka akan membahas peran sejarah dalam karya ketiga penulis.
Raden Saleh dan sejarah Indonesia-Jerman
Sejarah hubungan Indonesia dan Jerman menjadi salah satu narasi yang dibawa Komite Buku Nasional di FBF 2019.
Salah satu sejarah itu ditorehkan Raden Saleh, maestro lukis modern Indonesia yang pernah tinggal dan berkarya di Jerman semasa hidupnya.
Kisah Raden Saleh diabadikan dalam buku komik berjudul Leben und Abenteuer des Raden Saleh (Kehidupan dan Petualangan Raden Saleh).
Buku ini ditulis oleh peneliti dan sejarawan seni asal Jerman, Werner Kraus bersama tiga ilustrator.
Werner Kraus juga menulis buku Raden Saleh: Kehidupan dan Karyanya.
Buku komik yang diproduksi Kedutaan Besar RI (KBRI) di Jerman ini akan diluncurkan untuk umum di hari pertama gelaran FBF, 16 Oktober 2019, di stan Indonesia .
Serangkaian perangko Jerman bergambar lukisan Raden Saleh juga dirilis Deutsche Post dan KBRI di hari yang sama.
Komite Buku Nasional juga menampilkan sejumlah kartu pos bergambar karya-karya Raden Saleh sebagai suvenir bagi pengunjung stan Indonesia.
Lukisan karya Raden Saleh juga akan dipamerkan di area National Stand.
Baca Juga: Josh Johns, Bocah 8 Tahun yang Menerima Ribuan Kartu Pos Setelah Liburannya Batal Akibat Leukemia
Tak hanya buku
Di samping industri perbukuan, Komite Buku Nasional juga menyuguhkan kolaborasi konten kreatif dengan dunia sastra Indonesia di FBF.
Salah satunya yakni pertunjukan live mural oleh ilustrator muda Antonio Reinhard Wisesa, Evelyn “EorG Ghozalli, mayumi Haryoto, dan Mohammad “Emte”Taufiq di National Stand dan salah satu galeri di Frankfurt.
Hadir pula pertunjukan musisi Oppie Andaresta di panggung Agora yang akan membawakan musikalisasi puisi Joko Pinurbo.
Di samping itu, Chef Santhi Serad akan mendemonstrasikan proses membuat gulai nangka di Gourmet Travel and Salon Show Kitchen.
Penulis Leaf it to Tea: Exploring the Fascinating Culture of Teas and Herbal Infusions in Indonesia ini juga akan meramu dua teh rempah Indonesia, salah satunya teh bunga telang yang masyhur karena dapat berubah warna.
Di National Stand, barista kenamaan Adi Taroepratjeka dan Ronald Prasanto akan menyuguhkan kopi khas Indonesia.
Tidak tanggung-tanggung, 30 kg biji kopi akan dibawa beserta rempah-rempah lainnya untuk menyajikan hidangan yang otentik.
“Lewat sajian buku, cuisine, ilustrasi, musik, dan film, kami harap Indonesia di FBF tahun ini memperkuat narasi Indonesia sebagai 17,000 Islands of Imagination,” kata Laura.