Find Us On Social Media :

Andaikan Tokoh PKI Bertindak Lebih Cepat, Nasib Yogyakarta Mungkin Akan Menjadi Seperti Ini

By Afif Khoirul M, Minggu, 29 September 2019 | 22:00 WIB

DN Aidit Hanya Kroco, Dua Orang Inilah Dedengkot PKI Sesungguhnya Karena Pernah Bertemu dengan Stalin di Moskow

Intisari-online.com - Dalam bulan April 1985, tepatnya tanggal 12, di rumah Judopawiro di Madukidul, daerah Boyolali, 12 orang tokoh PKI Jawa Tengah mengadakan rapat rahasia.

Berikut ini tulisan Drs. P. Swantoro, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1966, dengan judul asli Kilasan Kenangan dari Jogja: Seandainja Muljono Tjepat Bertindak…

----

 

Baca Juga: Seorang Anak Tuduh Staf Panti Jompo Aniaya Ibunya hingga Babak Belur dan Hidungnya Patah, Begini Kronologisnya

Hasil kesimpulannya: PKI akan mendesak Presiden untuk mengadakan open-war dengan Malaysia dan kemudian PKI akan melakukan pengacauan dari dalam.

Selain itu didesakkan pula, agar buruh tani dipersenjatai dan supaya Indonesia makin merapat dengan RRC.

Lagi pula Komunisme supaya disebarluaskan untuk mengubur Pancasila.

Bukan hanya sekali itu tokoh-tokoh PKI mengadakan rapat rahasia.

Yang jelas, pada tanggal 17 Mei di rumah Hardjosutomo, lurah Mojosari juga diadakan rapat gelap.

Tetapi betapapun rahasianya, namun ada juga orang luar yang dapat mengetahuinya.

Antara Iain polisi Sujoto, yang telah melaporkannya ke Jakarta dalam bulan Mei.

Akan tetapi tak terlihat adanya tanggapan. Sebaliknya suasana masyarakat terasa makin memanas.

Ganyang-mengganyang antara orpol-orpol, ormas-ormas makin menjadi-jadi, persaingan makin meningkat, aksi-aksi sepihak dengan segala akibatnya semakin memuncak, kerusuhan makin hebat, khususnya di kota besar seperti Jakarta.

Di awal bulan Agustus 1965 terjadilah peristiwa yang menggemparkan di Jln.

Surabaya, yang dikatakan soal perampokan dan mengakibatkan gugurnya pejabat keamanan kepolisian Drs. Fadillah.

Ini bukan peristiwa yang kebetulan, akan tetapi direncanakan.

Drs. Fadillah sebagai tokoh pimpinan security dipandang “mengelahui terlalu banyak", sehingga harus diienyapkan.

Baca Juga: Pengawal Pribadi Raja Salman Ditembak Mati, Ini 5 Fakta Hebat Tentangnya, Bisa Jinakkan Bom dan Terbangkan Pesawat