Find Us On Social Media :

Filosofi ‘Mata Air’ dari Sang Papi untuk BJ Habibie: ‘Jadilah Mata Air yang Memberi Kebaikan Tanpa Pilih-pilih’

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 12 September 2019 | 15:15 WIB

Mami dan anak-anaknya di Bandung.

Intisari-Online.com – Indonesia berduka kehilangan sosok luar biasa yang memajukan teknologi di negara tercinta ini.

BJ Habibie, Presiden RI ke-3, ini meninggalkan kita pada hari Rabu (11/9/2019) setelah beberapa waktu dirawat di RSPAD Gatot Subroto.

Ditandai dengan perilakunya yang “tidak biasa” ketika dilahirkan, setiap jejak perjalanan hidupnya menjadi orang besar seolah sudah dipersiapkan oleh “dunia” sekitarnya.

Sang ayah membekalinya dengan filosofi “mata air”, sumpah ibu untuk memberi pendidikan setinggi mungkin, dan tentu saja kerja keras dan kesetiaannya pada cita-cita.

Baca Juga: BJ Habibie Meninggal Dunia: Ini Sumpah Maminya untuk Rudy Setelah Kepergian Sang Papi Tercinta

Akhirnya, Indonesia memiliki Bacharuddin Jusuf Habibie seperti yang kita kenal sekarang ini.

Seorang ilmuwan unggul, perintis industri kedirgantaraan, presiden, dan negarawan sejati.

Tulisan berikut ini pernah dimuat di Majalah Intisari dalam rubrik Cukilan Buku, yang diambil dari buku RUDY, Kisah Masa Muda yang Visioner, dan dicukil oleh Djati Surendro.

--

Sore itu suasana Pantai Lumpue, satu kilometer dari Parepare, Sulawesi, cerah.

Debur ombak ditingkah canda tawa bocah-bocah yang bermain pasir, memeriahkan suasana.

Seorang bocah usia TK asyik menggali dua lubang di tepi pantai. Lubang sebelah kiri diisi air supaya penuh. Namun yang terjadi, air juga memenuhi lubang sebelah kanan.

Penasaran, ia isi juga lubang sebelah kanan. Dia pikir lubang yang kiri akan semakin tinggi airnya.

Namun, lagi-lagi air di lubang kanan dan kiri menjadi sama isinya.

Dahi bocah ini mengerut, matanya semakin bulat. Wajahnya saat berpikir justru membuatnya makin imut.

Bocah itu bernama Bacharuddin Jusuf Habibie, akrab dipanggil Rudy.

Lahir di Parepare tanggal 25 Juni 1936 sebagai anak ke empat dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie, asal Gorontalo, dengan Raden Ayu Toeti Saptomarini dari Yogyakarta.

Baca Juga: Cerita Saudi, Petugas Makam yang Kerap Berjumpa Habibie saat Berziarah, Kini Ia Menggali Makamnya