Kisah Hayfa, Diculik ISIS dan Dirudapaksa Hingga Dijual Seperti Ternak, 'Mereka Mengikat Tangan dan Kaki Saya, Menutup Mata Saya...'

Ade S

Penulis

Hayfa ditahan selama lebih dari dua tahun dan berulang kali diperkosa, dipukuli dan diperdagangkan seperti ternak.

Intisari-Online.com -Hayfa Adi, seorang wanita yang kini tinggal di Australia menceritakan bagaimana hidupnya yang pilu.

Ia mengisahkan perlakuan-perlakuan kelompok teror ISIS yang menahannya selama lebih dari dua tahun.

Saat masa suram itu, Hayfa berkali-kali dirudapaksa hingga dijual pada laki-laki.

Di usia 17 tahun, Hayfa Adi diculik oleh militan kelompok Negara Islam (ISIS) di Irak utara.

Baca Juga: Meski Masih Miliki 18.000 Pejuang yang Tersisa, ISIS Gunakan 2 Ekor Sapi untuk Bom Bunuh Diri

Dia ditahan selama lebih dari dua tahun dan berulang kali diperkosa, dipukuli dan diperdagangkan seperti ternak.

"Mereka membeli kami seolah-olah kami adalah domba. Persis seperti domba," cerita Hayfa.

Yang lebih penting bagi ibu muda ini, ketika ia membangun kembali kehidupan keluarganya di Queensland, Australia, adalah mencari tahu apa yang terjadi pada suaminya, Ghazi Lalo.

Tak mengetahui apa-apa adalah hal yang "sangat sulit, sangat sulit bagi kami semua", katanya.

Baca Juga: Raja Abdullah II: Dikabarkan Menerbangkan Jet F-16 Sendiri untuk Balas Dendam Menggempur ISIS, Berikut 6 Fakta Komandan Pasukan Khusus Yordania Itu

Putra tertua pasangan itu masih balita ketika Ghazi menghilang.

"Dia ingat ayahnya dan terus bertanya, 'Bu, kapan ayah kembali?'," tutur Hayfa.

Bungsu mereka tak pernah mengenal ayahnya.

Ia dilahirkan di kamp penangkapan ISIS.

"Kami benar-benar harus menemukan cara untuk bertahan hidup."

Pertemuan terakhir

Sudah lima tahun berlalu sejak keluarga Hayfa hancur akibat tindakan genosida ISIS terhadap orang-orang Yazidi di Irak utara dan Suriah.

Tujuh ribu anggota etnis minoritas dan agama ini terbunuh sementara 3.000 lainnya hilang.

Baca Juga: BERITA POPULER: Bayaran Algojo Pemenggal Kepala di ISIS hingga Pria yang 60 Tahun Sembunyikan Pekerjaan dari Keluarganya

Saat penangkapan, Hayfa, yang sedang hamil tua, berada di rumahnya di desa Kocho bersama Ghazi dan putra sulung mereka.

"Saya sudah membuat makan siang dan kami siap makan," katanya.

"Sekitar tengah hari, ada yang mengetuk pintu."

"Paman suami saya berlari ke arah kami sambil berkata, 'ISIS ada di Kocho'."

Kelompok teroris itu menggiring 1.200 penduduk kota ke sekolah setempat.

Baca Juga: Berhasil Tembak Truk Pengebom ISIS dari Jarak 2,5 Km, Sniper SAS Ini Menyelamatkan Anak-Anak

"Mereka memerintahkan kami untuk masuk Islam. Tak ada yang masuk Islam. Setelah itu mereka membawa para pria. Kami tak tahu ke mana mereka membawa mereka," katanya.

Saksi mata mengatakan kepada PBB bahwa para pria itu dibawa pergi dan ditembak.

Terlepas dari laporan itu, Hayfa terus yakin pada harapannya "bahwa ia akan melihat suaminya dan kembali bahagia".

Tetapi pada suatu hari di bulan Agustus 2014, mimpi buruk Hayfa dan para perempuan Yazidi lainnya justru baru dimulai.

Baca Juga: Serangan Bom Bunuh Diri Kelompok ISIS di Pesta Pernikahan, Korban Selamat: 'Ada Begitu Banyak yang Mati dan Terluka'

Selama lebih dari dua tahun, Hayfa diperdagangkan di antara militan ISIS di Irak dan Suriah, dibeli dan dijual sekitar 20 kali.

"Banyak orang membawa saya, menyiksa saya, memukul saya," katanya.

Ia berontak terhadap para penawannya kapan saja ia bisa, menentang perintah mereka untuk membuka pakaian bagi calon pembeli.

"Saya menolak untuk menunjukkan tubuh saya kepada mereka," katanya.

"Kami harus menunjukkan tangan kami. (Berkulit) putih dianggap baik. Dan mereka akan melihat apakah rambut kami indah dan panjang."

Hayfa berulang kali diperkosa, tetapi ketakutan terbesarnya adalah kehilangan anak-anaknya.

Baca Juga: Kisah Abu Azrael, 'Malaikat Pencabut Nyawa Berkapak' yang Ditakuti ISIS Namun Dicintai Warga Irak dan Iran

"Mereka mengambil putra tertua saya dari saya selama satu bulan karena saya tak mau tidur dengan penculik saya," katanya.

"Mereka mengikat tangan dan kaki saya, menutup mata saya dan menyumbat mulut saya. Mereka memukul saya dan membuat saya terkunci di sebuah ruangan."

"Setelah itu saya membiarkan mereka tidur bersama saya supaya saya bisa mendapatkan anak saya kembali."

Merasa nyaman di tempat baru

Hayfa dan putra-putranya akhirnya melarikan diri dari ISIS ketika mertuanya membayar seorang penyelundup manusia untuk membeli kebebasannya.

Baca Juga: Kisah-kisah Memprihatinkan Budak Seks ISIS, Memakan Bayinya Sendiri Hingga Dijual di Pasar Seperti Ternak

Mereka tiba di Toowoomba, Queensland dengan visa kemanusiaan tahun lalu, bergabung dengan komunitas Yazidi di sana yang telah mencapai lebih dari 800 orang.

Dua anaknya belajar di taman kanak-kanak dan sekolah setempat, sementara Hayfa belajar bahasa Inggris di sekolah kejuruan.

"Saya sangat nyaman di sini bersama anak-anak saya," katanya.

"Yang paling penting adalah kehidupan anak-anak saya, bukan hidup saya. Dan tentu saja jika suami saya kembali, hidup saya akan benar-benar indah."

Tetapi, menurut pekerja Palang Merah Australia -Sue Callender -yang berusaha menemukan nasib Ghazi, kemungkinan itu kecil.

Sue adalah bagian dari Tim Penelusuran lembaga kemanusiaan itu, yang bekerja untuk menghubungkan kembali orang-orang yang telah dipisahkan oleh konflik, migrasi atau bencana.

Baca Juga: Rekam dan Edarkan Adegan Pemenggalan 2 Turis Wanita, 3 Militan ISIS Akhirnya Dihukum Mati

"Ghazi hilang di sebuah daerah bernama Kocho dan kami tahu bahwa banyak Yazidi ditangkap di Kocho dan juga banyak yang dieksekusi dengan mengerikan," katanya.

"Kami hanya berharap, demi Hayfa, dia ditemukan hidup-hidup, tapi itu mungkin tak terjadi."

Lima tahun setelah apa yang sekarang dikenal sebagai Pembantaian Kocho, penggalian 17 tempat yang diduga kuburan massal di sekitar kota itu telah dimulai.

Ada kemungkinan nasib Ghazi bisa digali dengan bantuan DNA putra-putranya.

"Perasaan saya campur aduk," kata Hayfa.

"Saya sangat takut suami saya ada di antara mereka yang mati, bahwa semua pria mati. Hati saya pilu."

Baca Juga: ISIS Serang Afghanistan, Pasukan Elit Khusus Inggris Dikerahkan untuk Bertarung dengan Kelompok Teror Militan

"Seluruh dunia melihat apa yang terjadi pada para perempuan, para perempuan Yazidi. Apa yang terjadi pada para pria? Mati?."

"ISIS menghancurk

an rumah kami dan mengambil martabat kami. Kami benar-benar lelah, itu sebabnya saya ingin menceritakan kisah saya, sehingga mereka tak akan melakukan ini lagi."(Hasanudin Aco)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judulKisah Pilu Si Cantik Hayfa, Diculik ISIS dan Diperkosa Lalu Dijual kepada Lelaki Hidung Belang

Baca Juga: Kelompok Teror ISIS Bangkit Lagi, Diperkirakan Kekuatannya Akan Lebih Menghancurkan, Inilah Negara yang Jadi Basisnya

Artikel Terkait