Find Us On Social Media :

Perjuangan Hidup Abdul Wahab, Tak Patah Semangat Meski Derita Kusta Sejak Umur 8 Tahun

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 9 September 2019 | 19:00 WIB

Tak Patah Semangat Meski Derita Kusta Sejak Umur 8 Tahun

Intisari-Online.com - Usia tidak bisa dijadikan patokan seseorang untuk bisa terus berjuang melanjutkan hidup.

Buktinya saja kepala Abdul Wahab boleh saja dipenuhi rambut putih.

Tubuhnya juga sudah tua dan renta, tetapi semangatnya tak patut diragukan.

Kakinya masih tetap kuat mengayuh sepeda bututnya. Sepeda itu dilengkapi keranjang di depan setang berisi buah-buahan segar, mulai dari jeruk hingga semangka.

Baca Juga: Kisah Suku Para Pemburu 'Kepala Manusia' di Kalimantan, Beginilah Alasan Mereka Memburu Kepala Manusia

Tempat duduk belakang sepeda didesain sebagai tempat untuk menaruh panci yang berisi kentang dan umbi-umbian rebus.

Setiap hari, lelaki 71 tahun ini mengelilingi Kampung Sitanala, Kelurahan Neglasari, Karangsari Tangerang atau yang dikenal sebagai Kampung Kusta untuk mencari rezeki.

Sudah 27 tahun Wahab mengandalkan pekerjaan ini. Sebagai eks penderita penyakit kusta, tak banyak pekerjaan yang bisa dia lakukan.

Tak mau berdiam saja

Namun, daripada berdiam diri, Ia memilih melawan kerasnya hidup.

Terkadang masyarakat umum masih enggan membeli kentang dan umbi-umbian rebusnya.

Wahab berpikir mungkin karena makanan rebusan itu dimasak langsung menggunakan tangan eks penderita kusta.

Kalau ada orang umum yang membeli dagangannya, kata Wahab, kebanyakan yang dibeli adalah buah.

Makanan rebusan lebih banyak dibeli oleh sesama penderita atau mantan penderita kusta di kampung itu.

"Kalau makanan ini sekitar sini saja (Kampung Kusta). Kalau buah-buahan, musim duku, sampai keluar (kampung), sepedaan."

"Kalau kayak begini kan kadang-kadang masyarakat luar agak bagaimana. Enggak beli," ucap Wahab.

Setiap hari Ia mulai berjualan dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Wahab akan berhenti sejenak ketika harus menunaikan shalat zuhur dan ashar.

Rutenya tak jauh, dari lorong ke lorong yang berada di Kampung Kusta.

Jika merasa lelah, Ia akan beristirahat sejenak di rumahnya yang terletak di lorong 8 Kampung Kusta.

Sebelum menjadi pedagang keliling, ayah dua anak ini sempat bekerja di konveksi selama 20 tahun.

Tempat konveksi itu memang sebagian besar mempekerjakan para penderita maupun eks penderita kusta.

Baca Juga: Ada yang Seberat 16 Ton, 300 Batu Bulat Kuno Raksasa yang Ditemukan di Perkebunan Pisang Menyimpan Misteri, Apa Fungsinya?