"Karena kondisinya tidak layak, seperti banyak nyamuk, banyak tikus, kami meminta izin untuk bermalam di ruang guru.
Rumah penjaga sekolah juga saat ini rusak, tidak bisa ditinggali," kata Destria.
Destria dan istri setiap hari setiap jam belajar rampung harus merapikan ruang guru.
Setiap pagi, sekitar pukul 04.00 WIB harus sudah bangun dan merapikan kembali ruangan itu karena akan dipakai oleh guru saat jam belajar dimulai.
Barang-barang mereka, seperti baju dan alas tidur dibawa ke warung tempat istrinya berjualan.
"Jam 04.00 WIB mulai beres-beres, buang sampah, dan membersihkan sekolah," katanya.
Beruntung, ada beberapa pihak yang kerap mengulurkan tangan saat honornya belum turun, misalnya untuk membayar sekolah.
Apalagi, honor penjaga sekolah hanya Rp 500.000 dan biasanya cair setiap tiga bulan sekali.
Untuk membantu keuangan keluarga, istrinya berjualan di sekolah itu.
"Saya juga mungut botol plastik bekas untuk tambah-tambah," katanya.
Meski demikian, mereka tetap bersyukur. Tidak mengeluh. "Alhamdulillah, Allah sayang sama kita, diberi kesehatan," ucap Iis, istri Destria.
Harapan
Mereka berharap rumah penjaga sekolah segera diperbaiki agar tak perlu lagi tinggal di ruang guru. "Kami berharap rumah penjaga sekolah diperbaiki," kata Destria.
Destria juga berharap pemerintah lebih memperhatikan para penjaga sekolah.
Sebab, mereka juga berkontribusi menjaga kebersihan, keindahan, dan keamanan sekolah.
"Harapannya, para penjaga sekolah lebih diperhatikan pemerintah," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Destria Wibowo, Penjaga Sekolah yang 14 Tahun Tinggal di Ruang Guru"