Utang Boleh Saja Asal Ingat Dulu Jumlah Pendapatan

T. Tjahjo Widyasmoro

Penulis

Sejak terciptanya uang dengan beragam bentuknya sebagai alat bayar, mungkin utang atau pinjam meminjam

Intisari-Online.com - Berita tentang orang-orang yang melakukan bunuh diri karena utang bukanlah hal baru.

Pelaku ini tertekan akibat utangnya yang sedemikian tinggi dan penagihan yangsewenang-wenang dari salah satu pemberi pinjaman online.

Utang pada dasarnya sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalamsejarah kehidupan manusia.

Sejak terciptanya uang dengan beragam bentuknyasebagai alat bayar, mungkin utang atau pinjam meminjam dengan adanyasejumlah kompensasi saat membayarnya sudah timbul.

Sama seperti transaksi keuangan lainnya, utang sebenarnya adalah perantarauntuk mendapatkan suatu tujuan. Jadi utang adalah kendaraan kita dalammencapai tujuan tertentu.

Baca Juga: Utang 'Online' : Begini Cara Mengelolanya Supaya Tidak Mencekik

Oleh karenanya keberhasilan pencapaian ataumencapai tujuan tadi sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita mengelolakendaraan tadi dengan baik.

Ibarat mobil, untuk mencapai tujuan tertentu kitaharus bisa mengelola waktu, emosi dan cara mengendarai kendaraan tadi.

Kuncinya di pengelolaan

Dalam perencanaan keuangan, utang bukanlah menjadi sesuatu yang tabu untukdibicarakan, bahkan dalam skala prioritas, pembayaran utang bahkan harusdidahulukan dibandingkan dengan melakukan investasi apalagi dibandingkankonsumsi.

Utang pada dasarnya membantu kita untuk memperoleh sesuatu aset yang belumsaatnya kita miliki, membantu masalah keuangan untuk jangka pendek, dan jugaalternatif pendanaan sebelum kita menggunakan dana kita yang belum cair.

Baca Juga: Utang 'Online' : Menyelamatkan Sekaligus Menjadi Ancaman

Karena itulah, penggunaan utang tidak boleh sembarangan. Sebab hukum dalamutang itu jelas yaitu ketika kita berutang maka kita harus membayar. Tidak adaalasan lain.

Karena harus bayar, maka saat berutang kita memang harus benar-benar pintardalam pengelolaannya. Dimulai dengan tujuan pengambilan utang, besaran utangyang akan kita ambil dan terakhir darimana utang itu diambil.

Masalahnya, kita sering membalik urutan tadi. Karena kemudahan untukmengambil maka kita menganggapnya sebagai kesempatan untuk mendapatuang tambahan.

Padahal kita belum mengetahui bagaimana sistem di lembagapemberi utang tadi, besaran tidak disesuaikan dengan kemampuan bayar dengananggapan “karena mudah, maka kalau bisa banyak kenapa harus sedikit?”

Pada akhirnya ketika dana itu cair, tidak jelas tujuan pengambilan utang akibatnyakebanyakan digunakan untuk memenuhi keinginan yang tidak jelas.

Baca Juga: Merasa Miliki Utang, Miliuner Ini Gusur Rumah Kumuh dan Menggantinya dengan Rumah Mewah, Gratis!

Artikel ini telah tayang di Majalah Intisari dengan Judul "Pikir Dulu Pendapatan Sebelum Berutang" oleh Eko Endarto,Financial planner di Finansia consulting

Artikel Terkait