Penulis
Intisari-Online.Com -'Don't judge a book by it's cover', yang artinya jangan menilai buku dari sampulnya.
Sebuah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan kisah Bang Jack, polisi 'bertampang' preman.
Jika melihat penampilannya yang berambut gondrong pirang ini, sebagian orang mungkin tak menyangka bahwa pria ini adalah anggota kepolisan.
Tapi, begitulah kenyataan sebenarnya.
Tubuhnya tinggi dan dia selalu berpakaian nyentrik dengan mengenakan topi atau kacamata hitam.
Pria berambut gondrong itu adalah seorang anggota Subdit Jatanras, Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Namanya adalah Aiptu Jakaria atau akrab disapa Bang Jack. Sementara itu, Bang Jack juga dikenal dengan nama Jacklyn Choppers.
Rekam jejak Bang Jack dalam menangkap tersangka tindak pidana sudah tak perlu diragukan lagi.
Sejumlah kasus besar pernah ia ungkap, di antaranya penangkapan pria berinisial HS yang mengancam memenggal kepala Presiden Joko Widodo dan tersangka pembunuhan satu keluarga di Bekasi.
Ditemui Kompas.com di ruangannya di gedung Jatanras, Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Sabtu (6/7/2019), Bang Jack berbagi cerita tentang profesinya sebagai polisi.
Baca Juga: Kisah Pembunuh Bocah SD Asal Bogor yang Doyan Koleksi Celana Dalam Wanita, Hasil Curian Sampai 2 Karung
Ia mengaku sempat tak dikenali sebagai anggota polisi kala ia menjalani pengobatan di sebuah rumah sakit di wilayah Bandung, Jawa Barat tahun 2006 silam.
Dokter dan perawat di rumah sakit tersebut mengira, Bang Jack adalah tersangka tindak pidana yang mengalami luka akibat tembakan aparat kepolisian.
"Pernah lah ada kejadian lucu saat gue terkena luka tembak dan dibawa ke rumah sakit.
Tersangka yang kita tangkap juga dibawa ke rumah sakit. Tersangkanya diletakkan di tempat tidur, sementara gue ditaruh di bawah aja," ujar Bang Jack.
"Mungkin karena gue mempunyai tato ya, wajah gue juga begini jadinya gue diduga tersangka.
Sementara tersangka yang kita tangkap diduga anggota polisi," lanjutnya.
Saat itu, ia mengalami luka tembak di tubuhnya ketika berusaha menangkap tersangka perampokan mesin pengisi ATM Rp 2,8 miliar di Cawang, Jakarta Timur.
Sementara, lokasi penangkapan tersangka berada di wilayah Bandung, Jawa Barat.
Sempat terjadi baku tembak antara tersangka dan aparat kepolisian.
Akibatnya, ada beberapa peluru bersarang di tubuhnya yang ditembakkan tersangka kepada Bang Jack.
"Saat kita menangkap tersangka, kita terlibat baku tembak."
"Gue terkena 11 peluru, yakni bagian dada daerah jantung ada 2, bagian hati ada 1, perut sebelah kiri ada 2, perut sebelah kanan ada 2 juga, di atas perut ada 1, dan 3 peluru di lengan bagian kiri."
"Tiga peluru di bagian lengan enggak bisa diangkat karena sudah hancur dan menyatu dengan tulang."
"Tangan gue harus diamputasi, tapi gue menolak."
"Alhamdulillah sampai sekarang gue masih bisa hidup dan tangan gue masih bisa digerakkan," lanjutnya.
Bang Jack mengungkapkan, peluru yang bersarang di tubuhnya tak menghentikan langkahnya untuk terus mengepung tersangka.
Ia dan anggota tim Jatanras lainnya tetap berusaha menangkap tersangka.
Bang Jack mengatakan, prinsip kerja yang selalu ia pegang selama bertugas adalah polisi tidak boleh kalah pada tersangka tindak pidana.
"Kita sebagai polisi sudah tau risiko tugas sebagai anggota lapangan. Polisi enggak boleh kalah sama penjahat.
Itu prinsip hidup gue. Apa pun yang terjadi sama gue, penjahat itu harus bisa gue tangkap," tegasnya.
Walaupun banyak kasus tindak pidana yang ia ungkap, Bang Jack mengaku tak pernah menganggap hal itu sebagai keberhasilannya seorang diri.
Ia menilai hal tersebut sebagai wujud keberhasilan sebuah tim.
"Enggak ada di sini namanya polisi hebat sendiri."
"Adanya kerja sama tim. Kita bukan superman ataupun superhero. Tetap kerja sama tim yang baik," kata Bang Jack.(Rindi Nuris)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulKisah Bang Jack, Polisi yang Pernah Dikira Penjahat hingga Tertembak 11 Peluru