Penulis
Intisari-Online.Com -Seorangremaja laki-laki berusia 16 tahun kehilangan penglihatannya setelahmatanya tertembuspeluru petugas saat melakukan aksi protes.
Dilansir dari Daily Mail pada Selasa (2/7/2019), aksi unjuk rasa dilakukan untuk memprotes Presiden Nicolas Maduro mengenai kekurangan bahan bakar di Venezuela.
Menurut laporan, polisi menembakkan peluru ke arah Rufo Valendria ketika iamelakukan protes di kota Tariba, barat laut Venezuela pada Senin (1/7/2019).
Bocah itu dilarikan ke rumah sakit setempat tempat di mana seorang dokter spesialis matamenyatakan peluru itu benar-benar menghancurkan penglihatannya, lapor Periodista.
Baca Juga: Rencana Gila AS, yang Hendak Menguyur Venezuela dengan Uang Rp141 Triliun, Tapi Ini Syaratnya
Rekaman video menunjukkan kerumunan demonstran di jalan sebelum gertakansenjata meletus dan orang-orang melarikan diri dari petugas.
PresidenMajelis NasionalJuan Guaido, yang juga merupakan tokoh oposisi Venezuela mengecam kekerasan itu, bahkan menyebut petugas-petugas itu sebagai pembunuh.
"Kami tidak akan terbiasa dengan itu, kami tidak akan berhenti menyebut mereka pembunuh."
"Kami juga tidak akan terbiasa dengan tindakan sadis terhadap mata Rufo Chacón yang juga tidak terbiasa untuk hidup tanpa gas di negara yang punya banyak."
Sementara petugas yang menembak wajah Rufo kini telah ditahan.
Baca Juga: Ketika Masalah Air di Venezuela Membuat Orang Kaya dan Orang Miskin Bersatu
Jaksa Agung Maduro, Tarek William Saab, mengatakan itu 'disesalkan' dan membenarkan bahwa dua pejabat Javier Useche Blanco dan Henrry Ramirez Hernández telah ditahan oleh Polisi Táchira.
Saab juga mengatakan orang-orang itu juga akan bertanggung jawab atas cedera pada saudara laki-laki Rufo yang berusia 14 tahun,selain itulima orang lainnya cedera dalam bentrokan itu.
Dr Luiz Ramires membenarkan bahwa bola mata Rufo telah terluka parah, dengan mengatakan, "Pasien akan dioperasi dalam beberapa jam ke depan untuk melakukan pengeluaran isi kedua bola mata."
Diketahui aksi protes tersebut muncul lantaran kini warga kekurangan bahan bakar, padahal dulu Venezuela merupakan salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar.
Warga di negara Amerika Selatan itu telah menghabiskan berjam-jam bahkan berhari-hari antri untuk membelibahan bakar dalam beberapa pekan terakhir karena penurunan produksi kilang dan terhentinya impor telah menambah kekacauan kehancuran ekonomi.
Bulan lalu Wilderman Paredes yang berusia 32 tahun ditembak mati oleh petugas di Tabay di sebuah pompa bensin sekitar 150 mil dari tempat Rufo ditembak di mata.
Ketika itu orang-orang mulai berdebatsaat kontingen besar Pengawal Nasional Bolivarian masuk untuk mengisi bahan bakar kendaraan mereka, padahal wargadiberitahu bahwa pompa bensin tidak berfungsi.
Parades ditembak melalui dada dan meninggal sebelum tiba di rumah sakit pada 9 Juni.
Seperti diketahui, ekonomi Venezuela dan industri minyaknya yang dulu kuat telah terurai sejak harga minyak mentah runtuh pada 2014, membuat negara yang pernah mengekspor bahan bakar kini tidak mampu memasok pasar internalnya sendiri.
Ketika kekurangan memburuk bulan lalu, tentara mulai mengawasi penjatahan bensin di stasiun layanan di beberapa bagian Venezuela.
Kurangnya bensin bersama dengan 'pembusukan' listrik dan layanan telekomunikasi telah menyebabkan semakin banyak kota-kota pedesaan yang terisolasi dan bergantung pada pertukaran barter untuk bertahan.
Maduro menyalahkan masalah negara pada sanksi Amerika Serikat yang telah menggerogoti pendapatan ekspor minyak dan mencegah pemerintahnya meminjam di luar negeri.
Baca Juga: 32 Negara Paling Korup di Dunia, Venezuela dan Rusia Termasuk, Indonesia Nomor Berapa?