Advertorial
Intisari-online.com - Krisis yang dialami Venezuela berimbas pada beberapa sektor.
Salah satunya adalah listrik yang sering mengalami pemadaman.
Akibat pemadaman listrik yang terjadi di Venezuela membuat warganya kini berada dalam momen menakutkan baru: kelangkaan air besar-besaran.
Tidak adanya air yang mengalir menyatukan semua kasta.
Baik yang kaya maupun miskin kini sama-sama mengantre demi air yang hanya dipakai menyiram toilet.
Baca Juga : AI Super Wide-Angle Vivo V15, Abadikan Kehangatan Keluarga di Momen Terbaik
Di perbukitan Petare dekat ibu kota Caracas, kawasan kumuh terbesar di negara itu dengan populasi mencapai 500.000 jiwa, ratusan orang mengantre setiap hari di dua sumur.
Dilansir AFP Rabu (3/4/2019), setiap orang membawa barang apapun yang bisa menampung air; tong, kaleng, botol.
Saat tiba gilirannnya, mereka akan menimba sebanyak mungkin. Tentu, air di sumur itu tidak bisa diminum.
Namun, setidaknya warga bisa menggunakannya untuk keperluan lain seperti mandi atau membersihkan toilet.
Selama sebulan terakhir, mati lampu membuat Venezuela kacau-balau karena putusnya listrik di pompa air menyebabkan pasokan air bersih terganggu.
Baca Juga : Jangan Pergi ke Rumah Sakit di Atas Jam 3 Sore! Akibatnya Bisa Fatal Lho
Salah satu warga Ernestine Velasco yang tinggal di Distrik March 24 mengatakan, kehidupan mereka pasca-tak ada air benar-benar mengerikan.
"Tidak ada air, tidak ada listrik, mati lampu, makanannya mulai membusuk, tidak ada kendaraan. Benar-benar buruk," keluh nenek 78 tahun itu.
Selain Velasco, Carmen Moncada mengeluh mereka mengalami kekeringan sehingga berhadap perusahaan air setempat bisa segera memulihkan pasokan.
Sementara Distrik El Valle yang berlokasi agak jauh, penduduk di sana menggali lubang sendiri dan mengambil air untuk keperluan toilet mereka.
Presiden Nicolas Maduro telah memerintahkan sistem penjatahan listrik pada Mei nanti untuk memberi waktu bagi teknisinya memperbaiki gardu yang bermasalah.
Selain itu, Maduro juga menginstruksikan agar jam kerja karyawan dipotong sehingga mereka bisa pulang sebelum gelap, dan sekolah ditutup selama pemadaman berlangsung.
Baca Juga : Jangan Pencet Jerawat di Area Ini Jika Tidak Ingin Berakhir dengan Tragis Seperti Wanita Ini
Di taman Caracas, seorang pengacara dari kawasan La Castellana datang dan hendak membeli satu mobil tanker untuk apartemennya.
"200 dollar AS (sekitar Rp 2,8 juta) untuk Castellana," ujar sopir truk dengan cepat sembari menunjuk kapasitas 8.000 liter yang dibawanya.
Meski gaji rata-rata di Venezuela adalah 5 dollar AS (sekitar Rp71.000) per hari, pengacara itu tidak mengeluh atau mencoba menawar.
"Ini adalah harga yang harus kami bayar jika ingin tetap tinggal di Venezuela," kata si pengacara yang menolak memberi identitasnya itu.
Nasib pengacara itu masih lebih baik daripada Carmen Veliz yang tinggal di March 24 yang mengaku air tidak mereka dapat selama "berbulan-bulan".
"Apa yang pemerintah lakukan? Tidak ada. Mereka tidak akan menolong kami.
"Tidak ada seorang pun yang akan melakukannya," katanya. (Ardi Priyatno Utomo/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketika yang Kaya dan yang Miskin Bersatu demi Air di Venezuela"