Penulis
Intisari-Online.Com - Menyandang gelar akademis Sarjana Ilmu Politik, ternyata Ani Yudhoyono sempat merasakan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Dalam buku biografi yang ditulis oleh Alberthiene Endah bertajuk Kepak Sayap Putri Prajurit, dikisahkan Ani muda sangat mengagumi profesi dokter.
Begitu lulus SMA, ia langsung mendaftarkan dirinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sayang ia tak lolos.
Namun bukan Ani namanya jika menyerah, darah juang mengalir dalam dirinya, ia mendaftar di FK UKI dan diterima.
Wanita bernama Kristiani Herrawati ini mengakui kuliah di kedokteran adalah masa penuh tantangan dalam proses belajar.
Daya ingat, ketelitian, kemampuan menghapal cepat, semuanya dibutuhkan untuk menangkap ilmunya.
Namun kesulitan itu malah dijadikan ajang untuk menantang dirinya sendiri, ia bersemangat melewati hari-hari belajar yang jauh lebih berat dari masa SMA.
Beruntung kebiasaan belajar yang baik sudah ada pada dirinya, sejak SMA ia terbiasa mencatat dan menghafal. Tapi tentu saja belajar di SMA dan kuliah berbeda.
Akhirnya ia terbiasa mencatat materi yang diuraikan dosennya dengan trik khusus agar catatannya tetap rapi dan mudah dimengerti.
Baca Juga: Dengan Mata Sembab dan Suara Bergetar, SBY Ceritakan Saat-saat Ani Yudhoyono Menghadap Sang Khalik
"Aku punya trik khusus untuk membuat catatan yang rapi. Aku gunakan saja bolpoin empat warna yang dikemas dalam satu wadah.
"Warna hitam digunakan untuk catatan yang bersifat umum. Warna hijau untuk menuliskan rumus-rumus. Warna merah untuk menuliskan kata-kata Latin. Dan biru aku gunakan untuk memberi tanda-tanda tertentu."
Menjadi mahasiswi kedokteran juga artinya harus mengetahui bagian-bagian tubuh manusia.
Untuk menyiasatinya, ia akan menggambarnya sendiri dengan mencontoh dari buku.
Ani sangat serius untuk belajar dan memahami sesuatu, ia mengakui keseriusannya acap kali menciptakan kenekatan.
"Misalnya saja untuk menghafal karakteristik kepala manusia, aku pernah meminjam tengkorak (sungguhan) dari laboratorium dan membawanya ke rumah untuk dipelajari.
"Waktu itu Papi kebetulan sedang ada di rumah. Ketika ia iseng masuk ke kamarku, ia langsung memekik kaget, melihatku berbaring nateng di tempat tidur dengan sebuah tengkorak bertengger di sisiku."
Layaknya jiwa muda pada umumnya, Ani suka bermain dengan teman-temannya. Bersama mereka, Ani jalan-jalan saat ada waktu luang.
"Indrawati menjadi sosok yang sangat berperan aktif. ia memiliki mobil yang bebas dipakainya sehari-hari. Jenisnya, Morris. Ia punya beberapa warna. Dengan mobil yang mewah dan nyaman itulah kam berjalan-jalan di saat luang," tutur Ani seperti dalam buku.
"Bukan hanya mobil Indrawati, acap kali kami juga naik mobil tua milik Amir. hanya saja jika naik mobil Amir, harus siap sport jantung.
"Pasalnya, kadang mendadak ia melakukan manuver mengejutkan dan menaikkan sebelah mobil ke trotoar yang tinggi dan membiarkan mobil dalam keadaan miring."
Kehidupan kuliah Bu Ani sepertinya tak jauh berbeda dengan mahasiswa zaman sekarang, ia dan kawan-kawannya juga kerap kesulitan uang hingga harus mengirit untuk makan.
"Aku masih ingat, makanan favorit waktu itu adalah soto mi, gado-gado, dan es kelapa musa. Ada juga warung nasi dengan lauk paukyang enak dekat situ, tapi kami baru melangkah ke sana kalau keuangan sedang baik.
"Kalau sedang ingin makan nasi tapi uang tidak cukup, ya terpaksa membeli nasi setengah dengan lauk tempe dan kuah sayur."
Saat mumet kuliah, pertandingan sepak bola adalah hal yang ditunggu-tunggu Ani bersama sesama mahasiswa lainnya.
"Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Hukum dan Kedokteran UKi sangat aktif bertanding sepak bola dan satu sama lain merupakan rival yang sangat agresif untuk saling mengalahkan.
"Secara berkala diadakan pertandingan antarfakultas di lapangan rumput Jalan Borobudur, persis di rumah Ali Sadikin. Ajang ini sangat ditunggu-tunggu para mahasiswa yang sudah mumet kuliah dari pagi sampai malam."
Baca Juga: 4 Bulan Setia Dampingi Ani Yudhoyono di RS, Ini MInuman yang Buat Kondisi SBY Tetap Sehat
Ani menjelaskan ketika pertandingan suasananya sangat ramai, penonton bersorak-sorak.
"Jika kompetisi sudah berlangsung, lapangan benar-benar bising oleh suara teriakan ratusan mahasiswa yang menggila.
"Sebagian penonton berteriak karena memang suka bola dan sebagian lagi dipastikan numpang teriak lantaran stres kuliah," tutur Ani Yudhoyono seperti ditulis dalam buku Kepak Sayap Putri Prajurit.