Find Us On Social Media :

Ani Yudhoyono, Calon Dokter yang Bersemangat dan Jago Panjat Pohon

By Nieko Octavi Septiana, Senin, 3 Juni 2019 | 12:42 WIB

SBY dan Ani Yudhoyono

5. Makan Satu Telur Dibagi Bersama

Saat kecil, Ani pernah merasakan hidup susah. Kala itu gaji komandan pas-pasan sehingga sang ibu harus mengakali agar anak-anaknya bisa makan semua.

"Meski segalanya terasa indah, namun saya tahu kehidupan ekonomi susah. Setidaknya saya tahu, setelah melihat wajah ibu di dapur. Lima anak yang beranjak dewasa dengan lauk pauk yang cepat habis."

Ia juga masih ingat cara yang dilakukan ibunya agar semua anaknya bisa makan.

"Saya ingat, saat kecil, ibu selalu membagi sebutir telur rebus menjadi bagian-bagian kecil agar semua kebagian."

Ani juga mengatakan ibunya secara diam-diam berjualan untuk memenuhi kebutuhan.

"Ibu merahasiakan dari Papi. Bagi ibu, tidak perlu ribut-ribut yang penting bisa mendapatkan tambahan pemasukan uang dengan cara halal dan tidak memusingkan papi."

Baca Juga: 4 Bulan Setia Dampingi Ani Yudhoyono di RS, Ini MInuman yang Buat Kondisi SBY Tetap Sehat

6. Serius Belajar yang Menciptakan Kenekatan

Saat muda Ani menganggap dokter adalah sebuah profesi yang hebat. Setelah lulus SMA, ia mendaftar Fakultas Kedokteran UI, sayang ia tidak lulus.

Tapi itu tak membuatnya putus asa, ia mendaftar Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan berhasil diterima.

Menurutnya kuliah kedokteran penuh tantangan karena dituntut daya ingat, ketelitian, dan kemampuan menghafal tinggi.

Namun karena kebiasaannya sejak SMA adalah mencatat dan menghafal, ia mengembangkan kemampuannya itu dengan memodifikasi cara mencatatnya dengan warna tertentu, ia juga menggambar untuk memperlajari sesuatu lebih detail.

Ada hal lucu karena keseriusan Ani yang luar biasa dalam mempelajari sesuatu. Ia menghafal karakteristik kepala manusia.

Ani muda meminjam tengkorak sungguhan dari laboratorium dan dibawa ke rumah. Sang ayah yang iseng masuk ke kamarnya langsung memekik kaget melihat Ani berbaring anteng dengan tengkorak di sisinya.

"Ani, itu apa?" tanya ayahnya syok.

Namun Ani hanya menjawab santai, "Tengkorak, Pi. namanya juga mahasiswi kedokteran."

Namun di tahun ketiga, Ani harus berhenti kuliah. Karena pergi ke Korea Selatan mengikuti ayahnya yang bertugas di sana.