Penulis
Intisari-Online.Com -Kabar menyedihkan khususnya bagi pegiat pelestari biodiversitas dan pecinta satwa.
Pada 27 Mei 2019, badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) jantan terakhir di Malaysia telah mati.
Badak sumatera jantan bernama Tam itu diduga karena beberapa kegagalan organ.
Kematian badak sumatera jantan ini dikhawatirkan mendorong badak sumatera ke ambang kepunahan.
Baca Juga: Video Menyedihkan Ketika 2 Ekor Badak Terbaring Sekarat Setelah Culanya Dirampas oleh Pemburu Liar
Dengan euthanasia Puntung yang terjangkit kanker pada 2017, artinya hanya tersisa satu ekor betina bernama Iman di Malaysia, 80 ekor di alam liar Sumatera dan sisanya tersebar di Kalimantan.
Kematian Tam mengingatkan kita akan pentingnya upaya-upaya penyelamatan badak sumatera.
Seperti proyek Sumateran Rhino Rescue, ujar Margaret Kinnaird selaku wildlife practice leader dari WWF International kepada National Geographic, Senin (27/5/2019).
Perlu diketahui, pada 2018, organisasi-organisasi konservasi nirlaba berkolaborasi dalam Sumateran Rhino Rescue.
Proyek tersebut bertujuan untuk menemukan dan memindahkan badak sumatera liar sebanyak-banyaknya agar mereka dapat dikembangbiakkan di penangkaran.
Baca Juga: Masuk Cagar Alam dan Ingin Berburu Badak, Tapi Pemburu Ini Malah Tewas Dimakan Singa
Pasalnya, isolasi merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan spesies bestatus terancam kritis dalam daftar merah IUCN.
Jika sudah lama tidak kawin, kista dan fibroid bisa timbul di saluran reproduksi badak sumatera betina.
Inilah sebabnya badak sumatera betina terakhir Malaysia, Iman, kini mandul.
Kinnaird mengatakan, kita harus menangkap badak yang tersisa dan terisolasi di Kalimantan dan Sumatera dan berusaha sebaik mungkin untuk mendorong mereka punya anak.
Untungnya, masih ada secercah harapan bagi badak sumatera.
Pada tahun lalu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur bersama Sumateran Rhino Rescue berhasil memindahkan badak sumatera betina Pahu dari belantara Kalimantan Timur ke Suaka Rhino Sumatera Kelian Lestari.
Baca Juga: Teknologi dari Dimension Data Ini Bisa Melindungi Badak dari Perburuan Liar
Pahu, simbol harapan badak sumatera Pahu, Badak Sumatera yang berhasil ditangkap Balai Konservasi Sumber Daya Alam di hutan Kalimantan Timur.
Saat ini kondisi Pahu baik, dan terpantau stabil.
Pemindahan Pahu saat itu berlangsung dramatis karena ia dianggap sebagai individu yang sangat penting.
Polisi dan bulldozer mengiringi perjalanannya ke rumah baru. Kinnaird berkata bahwa sejauh ini, kondisi Pahu terpantau sehat.
Oleh karena itu, PR terbesar mereka saat ini adalah menemukan teman baru yang dapat bereproduksi dengan Pahu.
“Survei terbaru kami menunjukkan bahwa masih ada badak (sumatera) lain di hutan-hutan Kalimantan.
Ini memberi saya harapan baru,” ujar Kinnaird.
Susie Ellis, executive director dari International Rhino Foundation, turut menambahkan, kita perlu terus fokus dalam menyelamatkan 80 badak sumatera lainnya.
Penyelamatan menggunakan kombinasi perlindungan intensive dan perkembangbiakan semi alami, juga bekerja sama dengan warga lokal untuk menanamkan kebanggaan bahwa badan ini adalah bagian dari warisan biologis mereka.
“Ini adalah pertarungan yang kita tidak boleh kalah,” tutupnya.(Shierine Wangsa)
Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judulBadak Sumatera Jantan Malaysia Mati, Harapan Bertumpu pada Indonesia