Penulis
Intisari-online.com - Palmestron adalah pulau Pasifik di ujung dunia, dia sebuah kawasan terpenil
Palmerston, adalah salah satu dari segelintir pulau yang terhubung dengan terumbu karang yang mengelilingi perairan laguna yang tenang.
Pulau ini awalnya hanyalah pulau tak berpenghuni yang ditinggalkan.
Namun setelah seorang pria dan tiga istrinya tinggal di Palmerston, pulau ini kini memiliki banyak penduduk.
Baca Juga: Berpakaian Lusuh Seperti Orang Gila, Pria Ini Lakukan Hal Mengejutkan Ketika Beli Ponsel di Konter
Lantas dari mana penduduknya, tentu saja penduduk tersebut tak lain adalah anak-anak dari pasangan suami istri yang tinggal di pulau tak berpenghuni terbut.
Dikisahkan pada sekitar 150 tahun lalu, seorang pria bernama William Marster berlayar dengan kapal Kapten Cook.
Marster yang saat itu bekerja sebagai tukang kayu kapal, tinggal di Kepulauan Cook dari tahun 1850-an, kemudian pada tahun 1860-an dia ditunjuk mengurus Palmerston.
Dia ditunjuk oleh pemiliknya yang saat itu adalah pedagang Inggris, John Brander.
Kemudian, Marster pindah ke pulau tersebut bersama istrinya, seorang wanita Polinesia bersama dengan dua sepupunya.
Saat itu, Marster diijinkan untuk melakukan apapun di pulau tersebut, hasilnya dia menanami pulau dengan pohon palem selama beberapa tahun.
Setiap hampir enam bulan dia mengumpulkan minyak kelapa yang dibuatnya, laluditukar dengan bahan makanan kepada kapal-kapal yang singgah.
Selama tinggal di pulau bersama dengan istri dan dua sepupunya, Marsters menjadikan semuanya istrinya, bersama ketiga istri tersebut mereka memiliki 23 anak.
Sebelum kematiannya pada tahun 1899, Marster membagi pulau tersebut menjadi tiga bagian. Satu masing-masing untuk istrinya.
Hingga saat ini penduduk asli pulau tersebut tak lain adalah anak dari William Marster.
Secara resmu, protektorat Selandia Baru, Palmerston menerima banyak fasilitas moderen termasuk perumahan dan listrik.
Namun, masyarakat Palmerston tidak memiliki toko, hanya dua toilet dan air hujan yang dikumpulkan untuk air minum.
Uang hanya digunakan untuk membeli persediaan dari dunia luar.
Baca Juga: Hentikan 6 Kebiasaan Sepele Berikut Agar Kebersihan Ginjal Anda Terjaga!
Bagi sebagian orang, kondisi Palmerston yang terisolasi adalah alasan untuk pergi dari kawasan ini.
Sebenarnya, populasi antara tahun 1950 hingga 1970 mencapai 300 orang namun, tahun 2013 berkurang menjadi 62.
Sepertiga dari populasinya adalah anak-anak mereka terlihat bahagia dan sehat, dan menghadiri kelas-kelas sekolah di pulau itu.
Namun banyak dari mereka yang berharap untuk pergi ke kota yang jauh, di mana fasilitas lebih baik dan kehidupan yang lebih layak.
Meski demikian, keluarga Palmerston tampak memiliki kehidupan yang baik, hari-hari yang panjang dan jam kerja yang pendek.
Di pulau ini anak-anak pergi ke sekolah, berenang, bermain voli, atau berkumpul untuk melihat TV.
Kemudian para pria dan wanita bersantai di tempat tidur gantung dengan kehidupan yang santai dan bebas.
Baca Juga: Kisah Anak Kembar Siam Paling Tragis Dalam Sejarah, Mereka Diperalat Sebagai Mesin Pencari Uang!