Find Us On Social Media :

Berpuasa di Negara yang Mataharinya Tak Pernah Tenggelam, saat Puasa yang Dilakukan Takut Tak Diterima

By Ade S, Kamis, 16 Mei 2019 | 04:00 WIB

Matahari terbit di Finlandia

Intisari-Online.com - Saat ini Anda tengah merasa sangat berat menjalani puasa? Jika Anda masih tinggal di Indonesia, rasanya Anda patut membuang jauh-jauh pikiran tersebut.

Bahkan, sepatutnya Anda bersyukur bisa menjalani puasa di Indonesia yang 'hanya' mengharuskan Anda menahan lapar dan haus selama 13 hingga 14 jam.

Coba bayangkan jika Anda harus berpuasa di negara-negara dengan matahari yang nyaris tak pernah tenggelam selama 24 jam?

Baca Juga : Di UEA, Jika Anda Mengucapkan Kalimat Ini Saat Puasa, Maka Anda Bisa Dipenjara 7 Tahun, Hati-hati!

Misalnya saja di Finlandia dan Swedia.

Terletak di lingkaran Arktik, negara-negara ini diselimuti dengan kegelapan total di musim dingin dan selalu terang di musim panas.

Di Finlandia, satu keluarga yang berasal dari Bangladesh menuturkan bagaimana mereka berpuasa di negara yang mataharinya hanya terbenam selama 55 menit.

Baca Juga : Bak Surga Takjil, Inilah 4 Pasar Kaget di Yogyakarta yang Tawarkan Menu Buka Puasa

“Puasa dimulai pada pukul 1.35 pagi dan selesai pada pukul 00:48 pagi. Jadi puasa berlangsung selama 23 jam dan lima menit,” ujarnya, seperti yang dikutip dari Independent 26 Mei 2017.

"Teman-teman dan keluarga kami di Bangladesh tidak percaya bahwa kita bisa berpuasa selama lebih dari 20 jam."

Namun, tentunya berpuasa lebih dari 18 jam sangat berat untuk dilakukan.

Dr Badul Mannan, Imam lokal dan presiden Islam Society of Northern Finland, berkata bahwa ada dua pemikiran mengenai puasa di negara yang harinya lebih dari 18 jam.

Dilansir dari BBC 18 Agustus 2012, Dr Mannan mengatakan, cendekiawan Mesir berkata bahwa jika satu hari begitu panjang atau lebih dari 18 jam, maka Anda bisa mengikuti waktu di Mekkah atau Madinah, atau negara Muslim terdekat.

Pemikiran inilah yang paling umum diikuti oleh mayoritas umat Muslim di Finlandia. Mereka mengikuti jam berpuasa di Mekkah atau Turki yang dekat dengan Finlandia.

Baca Juga : Inilah Makanan yang Bikin Langsing Saat Dikonsumsi di Waktu Buka Puasa

Akan tetapi, pendapat cendekiawan Saudi berkebalikan dengan pemikiran ini. Menurut mereka, bagimana pun harinya, baik panjang atau pendek, Anda harus mengikuti waktu lokal.

Perbedaan pendapat ini menjadi dilema bagi Nafisa Yeasmin, seorang peneliti di University of Lapland yang pindah dari Dhaka, Bangladesh ke Lapland, Swedia pada tahun 2006.

“Sangat sulit bagiku untuk mengikuti jam puasa di sini karena aku sudah terbiasa dengan 12 jam siang dan 12 jam malam di Bangladesh. Aku sempat berpikir untuk mengikuti jam Mekkah, tetapi aku khawatir bila puasaku akan diterima Allah atau tidak,” katanya.

 

(Shierine Wangsa Wibawa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dilema Puasa di Negara yang Mataharinya Tidak Pernah Terbenam".

Baca Juga : Ini Bahayanya Sering Buka Puasa Dengan Gorengan, Berat Badan Naik Hingga Masalah Pencernaan