Kasus Bocah Perempuan Berusia 8 Tahun yang Mengandung Seorang Anak, Begini Penjelasan Medisnya

Mentari DP

Penulis

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun bernama Linlin (nama samaran) secara tiba-tiba mengandung seorang anak.

Intisari-Online.com – Wanita dewasa hamil? Tentu kita sering melihatnya.

Namun bagaimana dengan anak perempuan berusia 8 tahun yang sedang hamil?

Hhmm… pertanyaannya, apakah anak perempuan seusianya sudah bisa hamil dan mengandung?

Tentu saja jawabannya tidak. Namun dalam beberapa kasus langka, mungkin saja.

Baca Juga : Ini Dia Warga Negara yang Paling Banyak Belanja Selama Haji dan Umroh, Adakah Indonesia?

Dilansir dari nakita.grid.id pada Senin (13/5/2019), seorang anak perempuan berusia 8 tahun bernama Linlin (nama samaran) secara tiba-tibamengandungseorang anak.

Awalnya, bocah asal Harbin, China ini merasa sakit perut dan keluarganya membawanya ke rumah sakit.

Setelah diperiksa, Direktur Wang Wensheng dari Departemen Bedah Kardioraks mengatakan bahwa ada tumor indung di sel telurnya.

Dia mengatakan bahwa selama operasi, ia menemukan adanya teratoma kitik berdiameter 10 kali lebih besar dari ovarium.

Itu adalah sejenis tumor lahir, yang volumenya 10 kali lebih besar dari ovarium.

Kabar baiknya, dokter bisa mengangkat tumor tersebut dari sel indungnya.

Hanya saja, dokter menemukan fakta mengejutkan lainnya.

Rupanya tumor yang berada dalam tubuh Linlin sebenarnya adalah seorang bayi yang bersembunyi di dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa seorang bocah perempuan berusia 8 tahun dapat mengandung anak di dalam perutnya, padahal ia diketahui tidak pernah berhubungan intim?

Menurut dokter, hal tersebut mungkin dapat terjadi.

Baca Juga : 7 Kesalahan yang Sebabkan Wanita Jomblo Sulit Dapatkan Pacar, Salah Satunya Tidak Balas Chat!

Dokter mengatakan bahwa ternyata anak yang dikandung Linlin seharusnya adalah saudara kembar Linlin.

Namun ketika lahir ia tertutup dan tersembunyi di dalam tubuh Linlin.

Hal itu disebabkan oleh perkembangan emrionik yang tidak normal, dan akhirnya membentuk teratoma.

Beberapa teratoma bahkan memiliki gigi dan rambut, dan berada di bagian dalam tubuh. Namun, sebagian besar teratoma jinak.

Dalam bahasa medis, dokter bisa menyebutnya dengan kembar parasit atau fetus in fetu.

Apa itu fetus in fetu?

Menurut publikasi G Sharma di Journal of Pediatric Surgery pada 2010, kasus fetus in fetu hanya terjadi 1 pada 500.000 kelahiran.

Atau kasus ini telah terjadi sebanyak kurang dari 200 kasus di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia.

Para ilmuwan belum memahami jelas mengapa fenomenafetus in fitubisa terjadi.

Namun mari kita kembali ke awal informasi mengenai bayi kembar identik.

Kembar identik terbentuk ketika sebuah sel telur terpisah menjadi 2 setelah pembuahan.

Tetapi kembar parasit atau fetus in fetu seperti pada kasus Linlin, terjadi ketika sel telur gagal untuk sepenuhnya terpisah.

Baca Juga : Kasus Mutilasi Fera Oktaria dan Mengenal DNA, Teknik yang Bisa Ungkap Identitas Korban Walau Hanya Tinggal Kerangka

"Beberapa kembar siam dapat bertahan sebagai 'parasit', mengandalkan tubuh yang lain untuk pasokan darah dan fungsi organ,” kata Dr Jonathan Fanaroff, seorang neonatologis di Rainbow Babies and Children’s Hospital, Cleveland.

“Tapi untuk janin fetus in fetu, satu tubuh menyelubungi kembar lainnya selama pengembangan.”

Dalam kondisi semacam ini, lanjut Dr Jonathan, karena saudara kembar ada di dalam tubuh saudara lainnya, maka ia tidak akan bisa bertahan hidup.

Apa penyebab fetus in fetu?

Terkait kasus ini, dokter Boy Abidin SpOG yang dihubungi Kompas.com, Kamis (26/10/2017), mengatakan fetus in fetu sendiri merupakan keadaan di awal perkembangan, di mana dalam satu embrio terdapat janin kembar.

Hal ini umumnya terjadi saat trimester pertama kehamilan dan biasanya menyebabkan banyak organ tidak lengkap.

Kejadian seperti ini terjadi saat dalam proses mekanisme pembelahan dan proses mekanisme tumbuh kembang janin di dalam rahim.

"Tapi kalau kenapanya, kita (dokter) enggak pernah mengetahui secara pasti," sambungnya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme pembelahan sel.

Dia menyebutkan, faktor seperti usia, ras, paritas (keadaan kelahiran, partus), keturunan, nutrisi, hormonal, dan juga faktor dengan pengobatan infertilitas, dapat meningkatkan resiko kejadian seperti Ganang ini terjadi.

"Ini lebih karena faktor spontan, bisa terdeteksi dengan pemeriksaan USG," jelasnya.

Baca Juga : Penyakit Cacar Monyet Ditemukan di Singapura: Apa Itu Cacar Monyet dan Seberapa Bahayanya Bagi Kita?

Artikel Terkait