Find Us On Social Media :

Tya Ariestya Terdeteksi Preeklampsia, Mengenal Penyakit yang Sebabkan RA Kartini Meninggal

By Ade S, Sabtu, 13 April 2019 | 12:00 WIB

Preeklampsia yang dialami Tya pernah merenggut nyawa Kartini.

Intisari-Online.com - Pada kehamilan keduanya kali ini, artis Tya Ariestya mengungkapkan bahwa dirinya harus bersiap melahirkan kapan saja, termasuk lebih cepat dari hari perkiraan lahir (HPL).

Hal ini disebabkan hasil diagnosis dokter yang menemukan adanya preeklampsia yang diikuti kenaikan protein dalam urine Tya.

"Prediksi bulan Mei awal untuk caesar, cuma kalau HPL nya itu 14 Mei ya. Yang terbaiknya aja sih buat aku," ungkap Tya di sela peluncuran Crocs "Comes as You Are" Spring Summer Collection di Gandaria City, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (12/4/2019), seperti dilansir INTISARI dari kompas.com.

"Sebenarnya kan kehamilan ini aku dideteksi preeklampsia, itu penyakit yang timbul di kala ibu sedang hamil dan enggak bisa diprediksi. Satu-satunya jalan harus dilahirkan pada saat itu juga," lanjut Tya.

Baca Juga : Tya Ariestya Terdeteksi Preeklampsia, Kondisi Berbahaya Bagi Ibu Hamil yang Sering Tak Disadari

Preeklampsia atau keracunan kehamilan sendiri merupakan gangguan yang banyak dialami oleh ibu hamil.

Asal tahu saja, gangguan inilah yang merenggut pejuang emansipasi wanita Raden Ajeng (RA) Kartini di usianya yang sangat muda.

Asal tahu saja, R.A Kartini dinyatakan meninggal empat hari setelah melahirkan anaknya buah perkawinan dengan Raden Adipati Joyodiningrat.

Kartini mengalami komplikasi saat melahirkan putra pertamanya yang diakibatkan sebuah penyakit bernama keracunan kehamilan atau preeklampsia.

Baca Juga : Buat Ibu Hamil, Makanlah Cokelat Untuk Mencegah Preeklampsia

Penyakit ini menjadi momok kedua paling menakutkan bagi ibu yang akan melahirkan.

Preeklamsia adalah penyakit keracunan kehamilan setelah kehamilan berusia 20 minggu.

Preeklamsia umumnya muncul di trimester ketiga.

Beberapa hal diduga menjadi penyebabnya di antaranya: kehamilan ganda, hidramnion (kembar air), hipertensi, semakin tua usia kehamilan dan sebagainya.

Preeklamsia bisa menyebabkan keguguran, bayi berat lahir rendah, bahkan kematian namun preeklamsia ringan jarang mengakibatkan kematian ibu.

Sebagai jaga-jaga, ibu hamil perlu mewaspadai gejala-gejala keracunan kehamilan.

Bila muncul gejala ini, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan kepastian apakah telah terjadi preeklamsia atau karena sebab yang lainnya.

Semakin cepat preeklampsia terdeteksi semakin cepat pula gangguan ini akan tertangani.

Baca Juga : Preeklampsia, Kondisi Berbahaya Bagi Ibu Hamil yang Sering Tak Disadari

Berikut gejala-gejala keracunan kehamilan atau preeklamsia

1. Tekanan darah tinggi.

Tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih (harus naik 30 mmHg atau lebih atas tekanan yang biasanya), tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (harus naik 15 mmHg atau lebih atas tekanan yang biasanya).

Pemeriksaan tekanan darah ini minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

2. Proteinuria.

Proteinuria adalah protein dalam urine dengan konsentrasi melebihi 0,3 g/liter yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.

3. Edema.

Edema adalah pembengkakan pada kaki, jari tangan atau muka sebagai akibat penimbunan cairan.

Bisa juga terlihat adanya kenaikan berat badan 1 kg seminggu selama beberapa kali.

Baca Juga : Preeklampsia Bisa Tingkatkan Risiko Kelainan Jantung Bayi?

Pencegahan dan Penanganan

Supaya tidak terjadi preeklamsia, ibu hamil harus mengatur pola makannya dengan mengonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah garam.

Dengan begitu, berat badan tidak bertambah secara berlebihan dan preeklamsia bisa dihindari.

Selain itu dengan semakin tuanya usia kehamilan sebaiknya ibu hamil juga mendapat istirahat yang cukup.

Tidak berarti harus berbaring di tempat tidur, tapi setidaknya jangan lagi melakukan aktivitas fisik yang berat.

Namun bila telah terjadi preeklamsia, dokter akan melakukan penanganan yang bertujuan mencegah terjadinya preeklamsia berat bahkan eklamsia, menyelamatkan nyawa janin, melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

Pada preeklamsia ringan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk istirahat.

Dengan beristirahat akan mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar sehingga tekanan darah akan turun dan edema berkurang.

Pada kasus yang berat ibu hamil harus dirawat di rumah sakit untuk mencegah timbulnya kejang dan dokter akan memberikan obat serta tindakan yang dianggap perlu.

 

(Saeful Imam)

Artikel ini sudah tayang di Nakita.ID dengan judul "Dulu, RA Kartini Meninggal karena Alami Keracunan Kehamilan, Yuk Kenali Gangguan yang Banyak Dialami Ibu Hamil ini!".

Baca Juga : Rutinlah Konsumsi Alpukat saat Hamil, Rasakan 10 Khasiatnya untuk Kehamilan dan Janin