Find Us On Social Media :

Manifesto, Supremasi Kulit Putih, dan Manusia di Belakang Teror Penembakan Masjid Selandia Baru

By Afif Khoirul M, Sabtu, 16 Maret 2019 | 17:30 WIB

Intisari-online.com - Seorang pria bersenjata dianggap bertanggung jawab atas serangan pada Jumat (15/3) di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.

Pria yang disinyalir adalah Breton Tarrant adalah seorang warga Australia (28) setidaknya telah membunuh 49 orang, menurut New York Times.

Sebelum terjadinya tragedi yang dikenang sebagai 'jumat mematikan' di Selandia Baru itu, sebuah manifesto diterbitkan.

Dikutip dari TRT World ,diketahui dia adalah seorang nasionalis kulit putih Australia berusia 28 tahun pembenci dan menolak imigran, yang berangkat dari serangan di Eropa yang dilakukan oleh umat Islam.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Tulisan dalam manifesto tersebut adalah gagasan nasionalis kulit putih setebal 74 halaman. Ini adalah dokumen penghasut untuk memicu kekerasan massal.

Sampai saat ini dokumen ini bersifat sangat rahasia.

Namun dokumen dipahami sebagai ide-ide gagasan yang dijelaskan oleh si penembak dalam kasus terakhir kekerasan atas nama supremasi kulit putih di Amerika dan seluruh dunia.

Sementara itu, manifesto dan video tersebut secara terang-terangan adalah penghujatan dan mengandung petunjuk publik yang menargetkan umat muslim dalam serangan (15/3/2019).

Sebuah kutipan dalam manifesto tersebut menyebutkan, "Saya adalah orang kulit putih biasa, dari keluarga biasa."

"Yang memutuskan mengambil sikap untuk memastikan masa depan bagi rakyat saya," seperti dikutip dari Daily Mirror pada Sabtu (16/3/2019).

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Kutipan lain berbunyi "Asal mula saya adalah Eropa, budaya saya adalah Eropa, keyakinan dan politik saya adalah Eropa, keyakinan filosofis saya adalah Eropa, identitas saya adalah Eropa, yang paling penting darah saya adalah Eropa," seperti dikutip dari The Guardian (15/3).