Saring Dahulu Sebelum Sharing, Cerdaslah, Jangan Jadi Pecundang di Media Sosial

Yoyok Prima Maulana

Penulis

Berita hoaks yang berseliweran di masyarakat, sebaiknya kita sikapi dengan bijak. Kita harus menyaring berita dahulu sebelum kita sebar.

Intisari-Online.com – Pemilu sebentar lagi akan kita laksanakan. Dan di kalangan masyarakat berseliweran berita yang berhubungan dengan hal ini.

Sayangnya, banyak berita bohong alias hoaks yang beredar, dan itu berpotensi memecah belah dan mengancam persatuan bangsa.

Sangat disayangkan pula minat baca masyarakat sangat rendah, tetapi mereka gemar sekali berlayar di media sosial, sehingga banyak orang yang memiliki kebiasaan menyebar berita dahulu, mengonfirmasinya belakangan.

Baca Juga : Kerja Bareng Grid Network dan BABE, Siap Tayangkan Berita Berkualitas Tanpa Hoaks

Kita pun dituntut untuk lebih bijak dan kritis dalam menerima setiap informasi. Jauhi konsep trigger happy (hanya berbagi berita tanpa terlalu banyak merinci) yang telah menjadi kebiasaan buruk sebagian besar pengguna media sosial di Indonesia.

Hasil riset Masyarakat Telematika menyebutkan, sebanyak 44,3 persen responden menyatakan menerima hoaks setiap hari.

Bahkan, 17,2 persen responden menerima lebih dari satu hoaks per hari. Jenis hoaks terbanyak adalah tentang isu sosial politik (918 persen), isu SARA (88,6 persen), dan juga tentang kesehatan (41,2 persen).

Baca Juga : 14 Berita Kesehatan Terpercaya yang Ternyata Hoaks, dari Lele Pemicu Kanker Hingga Kerupuk Mengandung Plastik

Karena itu, 75,9 persen responden menilai hoaks mengganggu kerukunan warga.

Menurut Head of Business Development Baca Berita (BaBe), Shelly Tantri S, kehadiran berita hoaks mungkin ditemui pengguna media sosial setiap hari.

Namun, ada beberapa kiat yang dapat membantu kita mengidentifikasi informasi yang salah ketika menemukan berita atau pesan apa pun di media sosial:

Baca Juga : Prediksi Media Sosial 2019: Begini Menangkal Hoaks yang Tetap Eksis

Cek judul berita

"Pastikan berita yang kita baca tidak mengandung topik sensasional, atau tidak masuk akal. Seperti contoh, ketika gempa bumi terjadi, sudah pasti bahwa berita yang mengatakan gempa susulan dengan skala lebih besar dapat dipastikan adalah berita bohong, karena gempa tidak bisa diprediksi sama sekali." kata Shelly

Cek sumber berita

Baca Juga : Termasuk Isu Kebangkitan PKI, Ini 10 Hoaks Sepanjang 2018 yang Menggemparkan

Pastikan berita yang kita baca berasal dari sumber yang tepercaya, entah artikel tersebut berasal dari penerbit yang sangat terkenal, atau ditulis oleh seorang ahli.

“Saat ini BaBe menggunakan AI teknologi dan pembelajaran mesin terkemuka bekerjasama dengan tim konten moderasi mampu menyaring berita yang masuk ke sistem BaBe. Sehingga berita yang disajikan dalam aplikasi BaBe adalah berita yang positif dan bebas dari berita bohong,” kata Shelly.

Cek keseluruhan isi berita

Baca Juga : Viral Surat Edaran BIN Minta Anggotanya Siaga Jelang Aksi Reuni 212, BIN: Itu Hoaks

Tidak kalah penting adalah biasakan membaca seluruh isi berita. Berita palsu biasanya menyertakan sumber yang terlihat kredibel, seperti tips kesehatan dari dokter terkenal.

Kita dapat dengan mudah menelusuri nama dokter di internet. Jika nama dokter tidak ditemukan dan artikelnya, dapat dipastikan bahwa berita tersebut adalah berita palsu.

"Selain itu, kita juga dapat memeriksa melalui sumber tepercaya lainnya seperti situs web khusus medis, "jelas Shelly.

Baca Juga : Berita Hoaks: Calon Jemaah Haji Khusus Diminta Lunasi Ongkos Naik Haji, Ini Faktanya!

Biasakan perlu berpikir dua kali sebelum mengklik dan membagikan sebuah informasi.

"Dengan momentum Pemilihan Presiden semakin dekat, kita dapat menerapkan 3 langkah mudah untuk memastikan apakah artikel yang kita baca itu salah atau tidak," katanya. (Lusia Kus Anna) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jadilah Netizen Cerdas, Kenali Berita Hoaks di Media Sosial".

Baca Juga : Berada di Garis Depan 'Penangkal' Hoaks Bencana Alam, Sutopo BNPB Raih Dua Penghargaan, Pantas!

Artikel Terkait