Penulis
Intisari-Online.com -Olahraga menjadi salah satu pilihan yang harus dilakukan agar tubuh tetap sehat dan bugar, selain menjaga pola makan.
Namun, apa yang terjadi bila olahraga yang dilakukan terlalu berlebihan?
Kelelahan otot akibat latihan yang berlebihan atau pengerahan tenaga merusak mekanisme pembelajaran keterampilan motorik di otak, demikian menurut penelitian.
Olahraga yang teratur dapat membuat keajaiban sejauh menyangkut kesehatan secara keseluruhan.
Baca Juga : Diklaim Baik Untuk Anak, Nyatanya DHA Bisa Sebabkan Perdarahan di Kulit Jika Berlebihan
Tetapi ketika Anda terlalu memaksakan diri selama berolahraga atau jika Anda adalah tipe orang yang percaya pada olahraga berlebihan untuk mendapatkan tubuh impian, rasanya ini adalah berita buruk untuk Anda.
Sebuah laporan yang diterbitkan dalam ANI mengatakan bahwa olahraga di luar kelelahan atau kelelahan otot, yang disebabkan terlalu banyak tenaga saat berlatih suatu keterampilan, dapat mempengaruhi dan mengganggu pembelajaran sesudahnya.
Sebagian pembelajaran melibatkan pengulangan keterampilan motorik, tetapi kelelahan akhirnya mulai menurunkan kemampuan kita untuk melakukan itu, demikian menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of eLife, seperti dilansir dari thehealthsite.
Berlebihan tenaga yang dikeluarkan memiliki banyak efek kesehatan yang merugikan. Beberapa di antaranya adalah:
Kerusakan pada lutut
Sebuah penelitian oleh University of California – San Francisco (UCSF) menyatakan bahwa aktivitas fisik tingkat tinggi dapat mempercepat kerusakan tulang rawan lutut di kalangan setengah baya.
Makanya, berlatihlah sesuai porsi yang sudah ditentukan dan jangan berlebihan.
Baca Juga : Sekadar Mengingatkan, Perilaku Selfie Berlebihan Tergolong Sebagai Kelainan Mental
Serangan jantung
Sebuah penelitian menemukan bahwa melakukan aktivitas fisik yang berat dapat secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung.
Aktivitas fisik dan serangan jantung yang berat saling berhubungan erat, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Circulation American Heart Association.
Namun, hubungan tersebut lebih kuat (lebih dari tiga kali lipat risiko) pada pasien yang marah atau kesal secara emosional, juga terlibat dalam aktivitas fisik yang berat.
Para peneliti mengatakan bahwa pemicu emosional dan fisik yang ekstrem dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, mengubah aliran darah melalui pembuluh darah dan mengurangi suplai darah ke jantung.
Kekebalan rendah
Menurut ahli kebugaran Erin McCann, ketika tubuh terpapar stresor fisik seperti olahraga, ia melepaskan hormon kortisol.
Hormon ini merangsang produksi energi dan meningkatkan daya tahan otot yang mendukung reaksi melawan atau lari.
Kortisol juga bertindak sebagai imunosupresan dan setelah latihan yang moderat sekalipun, fungsi kekebalan dapat memakan waktu hingga 72 jam untuk pulih sepenuhnya.
Ini membuat individu terbuka terhadap infeksi virus atau bakteri.
Baca Juga : Waspada Bagi Anda yang Hobi Ngemil Karena Bisa Saja Turunkan Kekebalan Tubuh!