Find Us On Social Media :

Masa Prademensia, Yuk Kenali Sebelum Demensia Terjadi pada Kamu

By Trisna Wulandari, Kamis, 28 Februari 2019 | 22:00 WIB

Bisa diperlambat

Proses degeneratif yang menyebabkan demensia bisa diperlambat dengan berbagai cara.

Misal, agar otak semakin sehat, ia harus banyak digunakan.

“Jangan berhenti menggunakan otak, pakaialah ia senantiasa. Misalnya dengan berpikir, membaca, mempelajari bahasa baru,” ujar Gea.

Semakin sering otak digunakan, sel saraf akan semakin banyak bercabang. Semakin banyak cabang sarafnya, semakin sehatlah otak.

Memperlambat proses degeneratif pada otak juga bisa didapatkan melalui aktivitas fisik alias olahraga.

Manfaat olahraga bisa dirasakan langsung oleh otak pada saat itu juga, saat olahraga berlangsung.

Olahraga dapat meningkatkan protein utama yang mengatur pemeliharaan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup neuron.

Baca Juga : Demensia, Skizofrenia, dan Autisme Terkait dengan Kekurangan Vitamin B12?

Tidak hanya itu, aktivitas fisik yang rutin dilakukan, berdasarkan jurnal yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) 2011, juga membantu meningkatkan ukuran hippocampus dan juga memperkuat daya ingat.

Dari jurnal yang sama juga dipaparkan olahraga turut membantu meningkatkan regenerasi sel saraf.

Memperlambat penurunan fungsi luhur otak juga bisa diupayakan melalui stimulasi mental.

Misalnya memperbanyak kegiatan membaca, menulis, bermain puzzle atau permainan asah otak lainnya, musik, diskusi kelompok, membuat kerajinan tangan, dll.

“Semakin banyak kegiatan stimulasi yang dilakukan bisa menurunkan risiko kehilangan memori 30-50%,” ungkap Gea lagi.

Baca Juga : Bersosialisasi Bantu Sembuhkan Demensia

Kegiatan-kegiatan tersebut akan membuat kognisi seseorang tetap aktif sehingga penurunan fungsi kognitif terjadi jauh lebih lambat.

Menurut Wilson RS dkk., dalam Neurology (2007), seseorang dengan kognisi aktif di usia tua memiliki kemungkinan 2,6 kali untuk mengalami demensia ketimbang seseorang yang kognisinya aktif.

Otak juga harus diperlakukan dengan baik dengan sering-sering diberi stimulasi mental dengan kegiatan yang bervariasi dan menyenangkan.

Contoh, mengikuti kegiatan sosial, pergi ke restoran, berwisata, mengunjungi saudara, berorganisasi, dan beribadah.

 

Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul "Tambah Usia Bukan Artinya Banyak Lupa" oleh Tika Anggreni Purba