Find Us On Social Media :

Ubasute, Tradisi Membuang Orangtua di Hutan Akan Dihidupkan Kembali?

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 25 Februari 2019 | 11:30 WIB

Intisari-Online.com - Pernahkah Anda mendengar tentang ubasute?

Ubasute adalah praktik kuno dari cerita rakyat Jepang di mana kerabat yang sakit atau lanjut usia dibuang di tempat terpencil untuk mati.

Meskipun ubasute dibuktikan dalam sejumlah legenda Jepang, tidak jelas apakah itu benar-benar praktik yang umum di masa lalu.

Ada bukti hari ini bahwa ubasute sedang 'dihidupkan kembali' di Jepang modern, meskipun dalam bentuk yang sedikit berbeda.

Baca Juga : 2019 Akan Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Peradaban Manusia, Bersiaplah Hadapi Dampaknya

Suatu bentuk Senisida

Ubasute secara harfiah berarti 'meninggalkan seorang wanita tua'.

Salah satu tempat yang diyakini sebagai situs populer untuk masa lalu di masa lalu adalah hutan lebat di kaki barat laut Gunung Fuji, yang dikenal sebagai Aokigahara.

Legenda Ubasute

Ubasute adalah subjek dari sejumlah legenda Jepang.

Meskipun kisah-kisah ini tampaknya tentang pengabaian orang tua, mereka sebenarnya dimaksudkan untuk mengilhami kesalehan anak agar tak meninggalkan orangtua mereka.

Salah satu kisah ubasute paling terkenal, misalnya, dikenal sebagai Ubasuteyama, yang berarti Gunung Ubasute.

Dalam cerita rakyat ini, seorang ibu lanjut usia dibawa oleh putranya ke atas gunung untuk ditinggalkan.

Meskipun sang ibu sadar akan apa yang dilakukan putranya kepadanya, ia tetap merawatnya dan menebarkan ranting-ranting yang patah di tanah agar anaknya dapat menemukan jalan menuruni gunung.

Baca Juga : Bukan Jorok, Mandi Satu Kali Sehari Justru Baik Untuk Kesehatan Tubuh

Kisah lain, yang datang dari India (bersama dengan agama Buddha) melalui Cina selama abad ke-6, berbicara tentang seorang raja yang membenci orang tua.

Raja ini melembagakan semacam ubasute yang sah menurut negara.

Aturannya adalah setiap rakyatnya yang hidup melewati usia 70 harus dikirim ke pengasingan.

Namun, salah satu menterinya sangat mencintai ibunya sehingga saat dia ibunya berusia 70 tahun, dia menggali ruang rahasia di rumahnya dan menyembunyikannya di sana.

Beberapa tahun kemudian, penguasa kerajaan tetangga mengirim dua kuda yang hampir identik kepada raja, dengan sebuah teka-teki.

Raja harus bisa menebak mana satu kuda yang merupakan induk dan mana yang anakannya.

Jika raja gagal menjawab, maka kerajaannya akan diserang.

Raja pun meminta saran kepada menterinya itu.

Meski si menteri tidak tahu jawabannya, dia memilih untuk bertanya kepada ibunya karena ibunya telah hidup begitu lama dan mungkin telah mendengar teka-teki semacam itu.

Wanita tua itu pun menyarankan untuk meletakkan rumput di depan mereka.

Kuda yang mundur dan membiarkan yang lain makan, katanya, adalah induknya.

Raja benar dan penguasa kerajaan tetangga itu lantas menjadi sekutunya.

Raja pun terkesan kepada menterinya bagaimana dia bisa mengetahui jawaban itu.

Baca Juga : Pria Minahasa Tewas Setelah Makan Durian dan Minum Kopi, Benarkah Kopi dan Durian Tak Boleh Dikonsumsi Bersamaan?

Menteri mengakui semua yang telah dilakukannya.

Namun, alih-alih marah, raja melihat kesalahan jalannya, mencabut dekritnya terhadap orang tua, dan menghormatinya dengan tepat.

Apakah Ubasute Hanya Legenda atau Kenyataan?

Praktek ubasute sebagian besar terbatas pada bidang cerita rakyat.

Karena tidak ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa itu dipraktikkan di masa lalu.

Namun demikian, kisah-kisah ini telah mengilhami aksi-aksi ubasute modern, karena ada laporan bahwa praktik ini sedang 'dihidupkan kembali'.

Pada 2015, misalnya, dilaporkan bahwa seorang pria berusia 63 tahun dituduh meninggalkan kakak perempuannya yang cacat di lereng gunung untuk mati pada 2011.

Dalam laporan lain, sejak 2018, seorang wanita ditangkap karena meninggalkan ayahnya yang sudah lanjut usia di stasiun layanan jalan raya.

Selain itu, didorong oleh kemiskinan, semakin banyak orang mengirim lansia mereka ke rumah sakit dan kantor amal sehingga mereka dapat diadopsi.

Karena jumlah lansia di Jepang terus meningkat, sementara tingkat kesuburannya menurun, bersama dengan perlambatan ekonomi, ada kemungkinan bahwa praktik ini akan menjadi lebih umum di masa depan.

Baca Juga : Bukan Jorok, Mandi Satu Kali Sehari Justru Baik Untuk Kesehatan Tubuh