Find Us On Social Media :

Kecanduan Gim, PriaIni Sukses Meniti Usaha, Omzetnya Rp300-an Juta per Bulan

By Intisari Online, Senin, 18 Februari 2019 | 22:00 WIB

Intisari-Online.com - Uang bulanan dari orangtua yang pas-pasan memaksa Muhammad Habibullah mencari duit tambahan buat biaya hidup selama kuliah dan kos di Bandung.

Pilihan pria asal Bogor ini jatuh pada pembuatan kaus bertema gim dan gelang tali prusik.

Maklum, ketika itu dia maniak bermain gim daring.

Karena itu, ia menawarkan produknya ke komunitas gim online bentukannya: P-Clothes. Kata P, Habibullah ambil dari nickname gim onlinenya, Purwa.

Baca Juga : Kisah Pemilik 'Warung Nasi lewat Lubang' Beromzet Rp3 Juta per Hari yang Tak Tega Jika Ada Pegawai Proyek Minta Makan

Lantaran sering order dalam jumlah banyak, bisa 100 potong per minggu, pemilik konveksi, tempatnya memproduksi kaus gim, menawarkan Habib, panggilan sehari-hari Muhammad Habibullah, untuk menjual kaus polos.

Tidak tanggung-tanggung, si pemilik konveksi menantangnya untuk menjual 1.000 potong seminggu.

Tanpa pikir panjang, dia pun menerima tantangan itu. Sebab, dia tidak perlu keluar modal. Lalu, ia melihat, jarang ada distro di Bandung yang menjual kaus polos.

“Dari awal sebetulnya saya sudah bertujuan, yang beli bukan teman komunitas gim saja. Kalau yang beli hanya teman satu komunitas, kan, enggak maju-maju usaha saya,” kata lelaki kelahiran 30 Juni 1994 ini.

Karena itu, Habib memasarkan produknya ke komunitas lain dengan cara bergabung ke grup-grup yang ada di aplikasi percakapan instan Line.

Hasilnya, 1.000 potong kaus polos ludes dalam seminggu.

Dengan mengibarkan bendera P-Clothes, bisnisnya menanjak. Bahkan, sejak awal 2017 dia punya rumah produksi sendiri, dengan jumlah karyawan 25 orang.

Sekarang saban minggu, ia memproduksi 6.000 potong kaus polos. Omzetnya Rp300-an juta per bulan.

Sejak jualan kaus gim dan gelang prusik awal 2014, Habib menawarkan produknya melalui kanal daring.

Begitu juga dengan kaus polos yang mulai bergulir Oktober 2014. Selain Line, dia membuka lapak di media sosial Facebook.

Pasca penjualan di pekan-pekan awal mendulang sukses, ia berani memasang iklan di akun Twitter infobandung yang punya banyak pengikut. Tarifnya saat itu sudah jutaan rupiah.

“Saya juga promosi di Line yang biayanya juga jutaan rupiah,” ungkap jebolan Manajemen Bisnis dan Teknologi Informasi Telkom University ini.

Baca Juga : Kisah di Balik Minyak Kutus Kutus, Baru Berdiri 5 Tahun, Tapi Omzetnya Capai Rp230 Miliar per Bulan