Find Us On Social Media :

Dipercaya Mampu Selamatkan Nyawa, Inilah Penggunaan Belatung untuk Kebutuhan Medis di Zona Perang

By Afif Khoirul M, Sabtu, 12 Januari 2019 | 18:00 WIB

Intisari-Online.com - Pemerintah Inggris menandai zona perang internasional untuk menyarankan penggunaan belatung untuk pasukan terluka di medan perang.

Di negara-negara yang kekurangan pasokan medis dan staf yang terlatih ternyata belatung bisa menjadi 'penyelamat' untuk mengobati luka.

Seperti dilansir dari Dailymail pada Jumat (11/1/2019), belatung telah digunakan dalam perang sipil Amerika untuk mencegah gangren pada WW1 (World War).

Ilmuwan Baerin melihat tentara lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena luka-luka jika luka tersebut dipenuhi belatung.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Oleh karena itu, Departemen Pembangunan Internasional (DFID) percaya bahwa belatung dapat menyelamatkan nyawa dan anggota tubuh dengan merawat 250 luka sehari di kawasan Suriah dan Sudan Selatan.

"Orang-orang yang hidup dalam konflik dan krisis kemanusiaan masih sekarat karena luka, ini dapat dengan mudah disembuhkan dengan akses perawatan yang tepat," kata Penny Mordaunt, sekretaris pembangunan internasional.

"Pembaruan inovatif tentang perawatan sederhana yang digunakan dalam parit Perang Dunia Pertama ini telah menyelamatkan hidup dan memiliki potensi untuk menyelamatkan lebih banyak lagi," tabahnya.

Banyak orang yang tinggal di daerah konflik berakhir mati atau kehilangan anggota tubuh mereka setelah mengalami infeksi sekunder dari operasi yang relatif sederhana. 

Baca Juga : Telan Jarum Sepanjang 4 Cm Hingga Tersangkut di Paru-paru, Bayi Ini Nyaris Kehilangan Nyawa

Dan mereka yang mengalami cedera tulang belakang yang tidak bergerak sering meninggal karena luka baring yang mereka kembangkan di rumah sakit. 

Oleh karenannya, terapi belatung dapat membantu mengatasi hal ini dengan menempatkan belatung hidup dan didesinfeksikan ke kulit yang terluka.

Belatung tidak secara langsung memakan jaringan yang rusak tetapi melepaskan air liur yang mengandung enzim yang memecah bakteri dan sel mati.

Enzim juga meningkatkan produksi bahan kimia dalam sistem kekebalan yang membantu membunuh bakteri.

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Dalam proyek ini, juga didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat, dan Pemerintah Belanda.

Teknologi lab akan dikembangkan untuk memungkinkan masyarakat menghasilkan belatung oban dengan aman.

Larva perlu didesinfeksikan untuk menghilangkan bakteri, jika tidak mereka berisiko terkena infeksi pada luka.

Proyek yang dipimpin oleh Griffith Universty, bertujuan untuk memperkenalkan laboratorium lapangan ke zona perang.

Baca Juga : Orang-orang Aceh Ramai Bikin Paspor 'Hanya' untuk Ke Jakarta, Ternyata Ini Alasannya

Serta belatung untuk masyarakat terpencil dalam tahun berikutnya.

Proyek ini didukung oleh dana Humanitarian Grand Challenges, yang memberikan bantuan finansial ide-ide paling inovatif dari seluruh dunia untuk mengatasi bantuan dan tantangan pembangunan, menurut DFID.

Belatung dari lalat jenis Greenbottle Blowfliesakan yang dipilih untuk digunakan karena memilih memakan  jaringan mati daripada daging hidup.

Setelah siap, belatung akan diaplikasikan pada luka di kantong mesh. 

Baca Juga : Berusia 2300 Tahun, Benteng Tempat Melatih Gajah Perang Ini Ditemukan di Mesir

FDA menyetujui belatung tingkat medis sebagai 'alat medis' pada tahun 2004 untuk luka kronis atau tidak sembuh. 

NHS juga menawarkan terapi belatung untuk gangren. 

Belatung biasanya dibiarkan hidup antara dua dan empat hari, atau sampai mereka berhenti makan atau menjadi lalat dewasa. 

Mereka kemudian dibuang dalam limbah klinis untuk berada di sisi yang aman. 

Namun, sangat tidak mungkin belatung yang digunakan akan menyebarkan infeksi karena mereka menjalani proses sterilisasi sendiri ketika mereka menjadi lalat.