Find Us On Social Media :

Kaleidoskop 2018 : Runtuhnya Ekonomi Venezuela, dan Mewahnya Sebuah Alat Kontrasepsi di Negara Tersebut

By Afif Khoirul M, Rabu, 19 Desember 2018 | 18:15 WIB

Intisari-online.com - Pada tahun 2018, menjadi tahun terburuk bagi Venezuela, negara ini menjadi sorotan dunia karena mengalami titik keruntuhan ekonomi terparah dalam sejarah.

Krisis besar dan hiperinflasi, yang dialami Venezuela menyebabkan negara tersebut kekurangan barang kebutuhan dasar.

Salah satu hal yang paling memilukan di sana adalah harga alat kontrasepsi yang sangat mahal, hal ini bahkan berdampak pada hal-hal negatif.

Seperti Aborsi, tingkat kehamilan remaja yang sangat tinggi hingga HIV merajalela di negeri tersebut.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Dikutip dari Mercadolibre melalui Reuters, orang-orang Venezuela misalnya berbelanja pasokan pendek, salah satu barang yang dibelinya adalah kondom.

Nah, uniknya harga kondom tersebut sangatlah mahal, 36 bungkus saja memiliki harga sekitar 755 dolar AS (sekitar Rp11 Juta).

Jika diuraikan harga satu pak alat kontrasepsi, maka memiliki harga 16 dolar AS (sekitar Rp233 ribu) hal itu menjadi permasalahan tersendiri bagi negara yang kini dirundung krisis ini.

Alat kontrasepsi juga menjadi suatu barang yang sudah sulit dijumpai di Venezuela,dan hanya bisa ditemukan di pasar gelap, harganya juga mengganda sebanyak 3 kali lipat.

Baca Juga : Beginilah Penampakan Kebun Ganja Senilai Rp19 Milliar yang Tersembunyi di Dasar Bumi

Ketika produk ini tersedia, banyak orang Venezuela yang berjuang membelinya dan menjualnya dengan harga tinggi yang tidak dapat dijangkau oleh kebanyakan orang Venezuela.

Sulit untuk melacak dampak yang terjadi dari kelangkaan alat kontrasepsi terhadap orang-orang Venezuela.

Selama beberapa tahun, pemerintah Presiden Maduro juga menolak untuk merilis statistik mengenai kehamilan remaja dan kekerasan domestik.

Meskipun kurangnya data resmi, organisasi seperti PLAFAM dan StopVIH mengkhawatirkan hal terburuk yang terjadi akibat kelangkaan alat kontrasepsi ini.

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Misalnya, kehamilan remaja, tingkat HIV, dan aborsi ilegal semuanya akan meningkat sebagai akibat dari kekurangan dan biaya mahal tersebut.

Menurut laporan PBB pada 2015, Venezuela adalah negara dengan tingkat kehamilan tertinggi di Amerika Latin.

Angka tersebut terhitung pasca keruntuhan harga minyak 2014 silam yang membuat perekonomian Venezuela mengalami krisis hebat hingga kini.

Lalu, pada 2016, Menurut PLAFAM, hampir 25 persen dari semua kehamilan di negara terjadi pada gadis dengan usia 12 hingga 19 tahun.

Baca Juga : Crazy Rich Indian: Ketika Anak Konglomerat India Menikah, Undang Shah Rukh Khan, Hillary Clinton, Hingga Beyonce

Kurangnya alat kontrasepsi juga diperkirakan memiliki dampak ekonomi jangka panjang, dengan jumlah gadis hamil dan lebih cenderung untuk putus sekolah.

Karena tidak dapat menggunakan kontrasepsi juga membuat banyak wanita dalam bahaya dengan meningkatkan jumlah orang yang mencoba untuk melakukan praktik aborsi ilegal.

Sementara wanita di Venzuela juga mengalami kesulitan dalam menghindari kehamilan yang tidak diinginkannya.

Situasi ini sangat mengerikan, mengingat munculnya virus Zika yang mewabah di sana, hal itu menyebabkan cacat lahir pada bayi.

Polemik yang terjadi akibat harga alat kontrasepsi yang mahal ini telah menjadikan berhubungan intim dengan aman menjadi sesuatu yang 'mewah'.

Terlepas dari itu semua, organisasi seperti PLAFAM dan Stop HIV terus berupaya memberikan alat kontrasepsi secara gratis, namun mereka juga terkendala keterbatasan dengan pasokan yang sangat minim. (Afif Khoirul M/Intisari Online)