Find Us On Social Media :

Didiagnosis Tumor Otak Mematikan, Penyakit Gadis 11 Tahun Ini Tiba-tiba Menghilang Secara Misterius, Bagaimana Bisa?

By Tatik Ariyani, Rabu, 19 Desember 2018 | 16:00 WIB

Beberapa gejala tumor adalah masalah dengan gerakan mata, kelemahan wajah, kesulitan berjalan, gerakan anggota tubuh yang aneh dan masalah dengan keseimbangan.

Kebanyakan orang dengan kanker jenis ini hanya hidup selama sembilan bulan setelah diagnosis utama, dan beberapa orang bahkan tidak cukup lama bertahan untuk menerima perawatan radiasi.

Diagnosis Roxli berawal dari bulan Juni ketika dia mengalami sakit kepala yang terus menerus dan merasa lelah.

Setelah banyak mengunjungi dokter tanpa ada penjelasan untuk sakit kepalanya, dia akhirnya dikirim ke Rumah Sakit Anak di Austin di mana kemudian dia didiagnosis dengan DIPG.

Baca Juga : Studi ‘Klaim’ Parasut Tidak Bisa Selamatkan Nyawa Kita Saat Loncat dari Pesawat atau Ketinggian

Ahli saraf dan ahli onkologi semuanya sepakat dengan diagnosis awal.

Keluarga Keluarga juga mengunjungi Rumah Sakit Anak Texas di Austin, Dana-Farber Cancer Institute di Boston, Pusat Anak-Anak Johns Hopkins di Baltimore dan Pusat Kanker MD Anderson University di Texas untuk mendapatkan keterangan pendukung.

Para dokter di lima rumah sakit yang berbeda tersebut membenarkan diagnosis tersebut dan memberi tahu orangtuanya bahwa tidak ada obat.

Setelah menjalani radiasi selama sekitar tiga bulan, ahli saraf mengambil tindakan MRI untuk melihat bagaimana perkembangan pengobatan.

Baca Juga : Ini Dampak Buruk Jika Kita Terlalu Stres dan Tertekan di Tempat Kerja

Roxli menjalani MRI pada 7 September dan mengunjungi kantor dokter tiga hari kemudian.

Mereka terkejut ketika tidak menemukan tanda-tanda tumor yang mematikan.

"Ketika saya pertama kali melihat scan MRI Roxli, itu benar-benar tidak dapat dipercaya," Dr Virginia Harrod, co-chief dari neuro-onkologi pediatrik di Dell Children's mengatakan demikian.

"Tumor tidak terdeteksi pada pemindaian MRI, yang benar-benar tidak biasa."  

Sekarang, Roxli  kembali melakukan aktivitasnya.

Dalam sebuah esai yang ditulis untuk The Conversation, Dr Momna Hejmadi, seorang pengajar senior di departemen biologi dan biokimia University of Bath di Inggris, mengatakan satu alasan mungkin respon imun yang memicu tubuh terhadap antigen tertentu - atau penanda genetik - pada permukaan sel tumor.

Dia juga mencatat laporan kasus 1988 dari Jepang di mana seorang pria dengan kanker ginjal memiliki bagian dari tumornya yang diangkat dengan operasi.

Sisa dari tumor kemudian secara spontan mengalami penyusutan.

"Dasar pemikiran yang mendasari fenomena ini adalah bahwa respon imun lokal setelah operasi sudah cukup untuk menghentikan pertumbuhan sisa tumor," tulisnya.

Karena tidak pernah ada kasus seperti Roxli sebelumnya, dan karena kankernya agresif, dia harus menjalani perawatan lanjutan untuk mencegah sel kanker baru tumbuh.

Baca Juga : Inilah Penyebab Sebenarnya Jalan Gubeng Surabaya Ambles 50 Meter