Find Us On Social Media :

Rangkaian Acara UFE, Pecahkan Masalah Pendidikan Lewat Perempuan Inspiratif

By Intisari Online, Senin, 10 Desember 2018 | 19:37 WIB

Intisari-Online.com - Rangkaian acara UFE (United for Education) Sustainability Forum: Championing Change yang didapuk Permata Hati sebagai CSR Permata Bank yang berkolaborasi dengan Nova resmi dibuka pada Sabtu, 8 Desember 2018 di Ballroom Kuningan City.

Kolaborasi ini tentunya menjadi wadah terbaik untuk mengatasi persoalan pendidikan di Indonesia, yang terbilang masih rendah.

Padahal, pendidikan menjadi fondasi kuat untuk memajukan sebuah negara.

Dalam hal ini, Tim Nova pun berpatisipasi untuk mengisi acara yang mengangkat perempuan sebagai isu utama menyoal pendidikan.

Baca Juga : Menikmati Kehangatan Keluarga Bersama Kabut Pagi Ranca Upas

Dari mulai sharing menjadi pebisnis di dunia teknologi informatika hingga menjadi penggerak penenun di Toraja.

Kisah dan perjuangan mereka dalam memajukan bangsa pun begitu menginspirasi, berikut ulasannya.

Perempuan di balik kesuksesan sebuah bisnis

Percayalah, jika perempuan zaman sekarang lebih kreatif dan bisa menciptakan beragam hal yang bermanfaat.

Setidaknya, itulah yang bisa dilihat dari sosok Mayumi Haryoto sebagai Co Founder Pibo dan Dheta Aisyah sebagai Chief Development Office dari Binar Academy.

Baca Juga : Kotoran Hewan Telah Menyelimuti Bumi, Itu Terlihat dari Luar Angkasa

Dengan dipandu Indira Dhian Sarawasty sebagai Pimpinan Redaksi Nova, semangat keduanya pun menghipnotis penonton.

Berawal dari kisah Dheta Aisyah yang mencetuskan sekolah teknologi gratis bernama Binar Academy untuk menghasilkan sosok inspiratif di dalamnya.

Sekolah buatannya itu mengajak siapa pun untuk mengenyam pendidikan singkat megenai teknologi dan informasi yang sungguh berguna untuk menciptakan kedewasaan digital di masa depan.

Baca Juga : Sering Berkeringat di Malam Hari Bisa Dikaitkan dengan Penyakit Berbahaya, Pahami 7 Penyebab Berikut!

Apalagi, Dheta melihat jika orang Indonesia juga begitu kreatif dalam menghasilkan sesuatu terutama di dunia digital.

Tak hanya itu, Dheta juga menggaet kelompok disabilitas untuk turut bergabung.

"Tidak ada persyaratan khusus, yang penting mereka bisa memahami matematika. Dan, mereka datang sendiri untuk belajar," ujarnya.

Sekolah besutannya itu juga menjadi wadah bagi perusahaan digital di Indonesia untuk mencari enginering terbaik.

Beralih dari sana, ada kisah Mayumi sebagai ilustrator buku cerita anak-anak.

Berangkat dari kepedihannya melihat literasi rendah dari anak, Mayumi pun bergerak untuk membuat Pibo.

Baginya membaca dan memahami informasi yang tersampaikan sangat bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa nantinya.

"Setelah masuk ke publishing untuk membuat buku cerita. Kami jadi tahu, bahwa literasi anak rendah itu karena beberapa hal.

Satu, karena psikologis anak jarang diperhatikan. Sering kali misalnya buku anak untuk 5 tahun tapi teksnya berparagraf," jelasnya.

Hal tersebut ternyata membuat anak merasa terintimidasi, sehingga tidak mau untuk membaca.

Masalah kedua ialah soal distribusi buku yang menjadi kendala, terutama ketika buku didistribukan ke luar Pulau Jawa, yang harganya menjadi mahal.

Mayumi pun mengatasi persoalan itu dengan mengemas buku cerita anak melalui digital, sehingga membentuk sebuah perpustakaan digital.

Baca Juga : Tanjung Benoa, Surga Wisata Air yang Membuat Adrenalin Berdesir

Perempuan yang nekat hidupkan sebuah desa

Kedua perempuan Ukke Kosasih sebagai Founder Circa handmade dan Dinny Yusuf sebagai CEO and Founder Torajamelo juga punya kisah yang sungguh menginspirasi.

Diskusi ini pun dipandu oleh Made Mardiani Kardha sebagai redaktur pelaksana Nova.

Kisah inspirasi itu berawal dari dari Ukke Kokasih mengisahkan perjuangannya menguatkan dan membangun rasa percaya diri perempuan desa di Cihanjuang untuk berani maju.

"Mereka banyak merasa tidak percaya diri bisa menjadi seseorang, karena merasa terlahir miskin,"jelasnya.

Padahal, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi seseorang bahkan pengusaha.

Lewat Circa, Ukke pun merangkul perempuan sekitar desa untuk membuat boneka, sehingga keterampilan tersebut menjadi daya terbaik untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Ukke juga mengajarkan mereka untuk berani speak up, agar kelompok "dikucilkan" tak lagi dipandang sebelah mata dan rendah.

"Kita sering dibilang voice of voiceless.

Saya selalu bilang ke teman-teman Sirca untuk ayo kita berani untuk bicara, karena mereka tidak pernah tahu, jika kita tak bicara atau mengungkapkan pendapat," jelasnya.

Setelah menjankan usahanya sekitar 10 tahun, Ukke pun berhasil melahirkan perempuan inspiratif yang mana beberapa di antaranya memilih untuk membuka usaha sendiri.

Baca Juga : Rutin Makan 2 Telur Tiap Hari, Tubuh Anda Akan Mengalami Hal Ini

" Yang terpenting punya percaya diri dulu untuk mau maju, "tambahnya.

Lain halnya dengan Dinny Yusuf yang berjuang untuk memberdayakan perempuan muda di Toraja.

Melalui tenun, Dinny pun memulai perjuangannya untuk menghidupi desa tersebut.

Karena, tak bisa dimungkiri, jika tenun begitu identik dengan " orang tua" sehingga generasi penerus tak lagi meneruskan wasiat tenun.

Padahal, tenun begitu lekat dengan budaya yang membuat desa mereka pun bisa dikenal dunia.

"Awalnya untuk mengerahkan mereka untuk berpanghasilan itu bermula dari banyaknya bayi di sana. Dari situ, saya mengajak mereka untuk mulai mencari mata penceharian lewat menenun," jelasnya.

Itu pun tak mudah, karena perempuan di sana masih menganggap tenun tidak bisa menghidupi keluarga mereka, padahal destinasi Toraja menjadi salah satu destinasi favorit para turis.

Akhirnya, Dinny pun menemukan cara terbaik untuk perempuan di desa Toraja maju, yakni dengan menghadiahi babi atau kerbau.

"Saya bertanya apa impian mereka. Jawabannya luar biasa dan sempat tidak terpikirkan. Mereka hanya ingin bawa babi dan kerbau ke acara adat," jelasnya.

Baca Juga : Cara Manjur Agar Berat Badan Stabil dan Tak Menggendut Lagi

Dari sanalah, Dinny mewujudkan impian mereka dengan menenun dan menghasilkan kreasi tenun ciamik.

Tak hanya dapat babi atau kerbau, perempuan di sana juga sudah bisa membiayai keluarganya.

Itu juga semakin membuat Dinny bersemangat untuk menghidupi desa-desa lainnya sekitar Toraja.

Salah satunya dengan nomadic travel, untuk membuat para traveler merasakan sensasi menginap di desa dan melihat proses penenunan.

Luar biasa sekali, bukan?

Baca Juga : Selama Ini Anda Salah! Ini Cara Tepat Memotong Buah Agar Nutrisinya Tidak Hilang