Penulis
Intisari-Online.com – Masih ingat kisah Jaime Sloan?
Beberapa waktu lalu, nama Sloan menjadi pembicaraan setelah dia menyelesaikan Ironman Triathlon, salah satu triathlon yang paling sulit di dunia.
Dilansir darifoxnewc.compada Jumat (9/11/2018), Sloan merupakan peserta Ironman Triathlon 70,3 mil di Amerika Serikat.
Diketahui Sloan baru saja melahirkan anak keduanya pada bulan Maret 2018 kemarin. Oleh karenanya, ia harus tetap memberi makan putranya yang berusia 7 bulan dengan ASI.
Baca Juga : Luar Biasa, Wanita Ini Selesaikan Triathlon Paling Sulit di Dunia Sambil Pompa ASI untuk Anaknya
Rencananya, Sloan akan menggunakan pompa payudara selama perhentian singkat antara sepeda ke lari maraton.
Hanya saja, waktu bersepedanya sangat baik dan Sloan tidak mau membuang kesempatan.
Pada akhirnya, dia memutuskan untuk memompa sambil berlari maraton.
Kisah Sloan yang berlari maraton sambil memompa ASI membuat media takjub bagaimana perjuangan seorang ibu sekaligus mimpi seorang wanita untuk berlari.
Nah, kisah serupa terjadi di Indonesia. Bagaimana seorang wanita sangat mencintai olahraga lari.
Dilansir dari kompas.com pada Minggu (18/11/2018), Kristine Sitohang (36) merupakan salah satu peserta Bank Jateng Borobudur Marathon, di kawasan Candi Borobudur Magelang, Minggu (18/11/2018) kemarin.
Hanya saja perbedaan Kristine dengan peserta maraton lainnya adalah dia sedang hamil.
Ya, Kristine sedang hamil delapan bulan saat mengikut maraton kemarin.
Walau perutnya sudah tampak membuncit, namun Kristine berhasil menyelesaikan lari kategori 10K.
"Saya bukan atlet, tapi pecinta lari, saya sudah terbiasa lari, bahkan ultra marathon," kata Kristine, sembari memperlihatkan medali Bank Jateng Borobudur Marathon 2018 dengan bangga.
Bagi Kristine, tidak ada persiapan khusus mmengikuti event yang diselenggarakan Pemprov Jateng, didukung Bank Jateng dan Harian Kompas ini.
Ia memang sudah rutin olahraga lari minimal 3 kilometer setiap hari.
"Persiapan cuma joging kecil, minimal 3 kilometer tiap hari. Harus lari, supaya nanti (usai cuti persalinan) tidak kaget untuk mulai lari lagi," katanya.
Ia bersyukur, sepanjang berolahraga kondisi janin dan kandungannya tetap sehat. Meski sudah terbiasa, Kristine tetap berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
"Puji Tuhan sehat. Tetap konsultasi dulu ke dokter, kalau fisik oke, ya ngga apa-apa. Kuncinya terbiasa aja," tuturnya memberi tips bagi ibu hamil yang ingin berolahraga lari.
Kristine mengaku terinspirasi dengan seorang kawan asal Malaysia yang tetap berlari meski sedang berbadan dua.
Bahkan lomba lari yang diikuti kategori ultra maraton berjarak lebih dari 100 kilometer. Lebih lanjut, kecintaannya pada lari dimulai sejak 2013.
Awalnya sekedar iseng, tapi kemudian ketagihan ikut berbagai perlombaan maraton di berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga : Lari Maraton dengan Sepatu Hak Tinggi, 5 Foto Ini Membuktikan Wanita Punya Kekuatan Super
Terakhir, pada April 2018, ia menjadi peserta Tambora Challange 2018 di Sumbawa.
Di lomba lari yang juga diselenggarakan oleh Harian Kompas itu, Kristine meraih juara 2 kategori relay marathon 320 kilometer.
"Awalnya iseng, ikut Fun Run, dapat juara, tarus diterusin, more and more," katanya.
Bahkan tidak lari saja, dirinya juga mencintai kegiatan menantang seperti mendaki gunung.
Ia pernah mencapai puncak gunung Andong di Magelang dan Ungaran di Semarang saat hamil usia 4 bulan.
"Sebetulnya habis Borobudur Marathon ini pingin langsung naik gunung Merbabu, tapi ngga diizinin suami karena cuaca sudah sering hujan," kisahnya.
Kristine mengaku, dirinya dan sang suami memiliki hobi yang sama dalam olahraga lari dan petualang. (Ika Fitriana)
(Artikel ini telah tayang diKompas.com dengan judul "Kisah Kristine, Hamil 8 Bulan Menaklukkan 10K Borobudur Marathon 2018”)
Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu, Sejarah Maraton ternyata Berasal dari Pertempuran Yunani vs Persia