Find Us On Social Media :

Pasukan Elite Inggris Pernah Mati Suri Lalu Bangkit Lagi Gara-Gara Konflik dengan Pasukan Indonesia

By Moh Habib Asyhad, Senin, 19 Maret 2018 | 18:00 WIB

Intisari-Online.com - Pasukan elite Inggris SAS dibentuk oleh seorang jago tempur Angkatan Darat Inggris bernama Kolonel David Stirling pada 1941.

Petuah Stirling, yang merupakan teknik dan strategi perang SAS dan juga para pasukan elite dunia, masih diingat sampai sekarang.

“Pertama, serbu hingga masuk jauh ke wilayah musuh, serang markas besar, persiapkan tempat pendaratan, buatlah jaringan suplai.”

“Kedua, rancang serangan strategis dari markas rahasia di wilayah musuh. Jika ada kesempatan, rekrut elemen gerilyawan lokal, latih, dan persenjatai.”

Strategi tempur ajaran Stirling itu terbukti sukses ketika diterapkan oleh pasukan SAS dalam pertempuran melawan pasukan Nazi Jerman di gurun Afrika.

(Baca juga: Pasukan Elite SAS Disebut Punya Taktik Tempur yang Makin Matang Setelah Pulang dari Kalimantan)

Para personel SAS yang bertempur menggunakan kendaraan jeep bisa melakukan serangan hit and run bak siluman dan dikenal sebagai Tikus Gurun (Desert Rat).

Setelah Perang Dunia II, pasukan SAS melebur kembali ke dalam Aangkatan Darat Inggris dan jarang sekali terlibat dalam peperangan sehingga seperti “mati suri”.

Tapi ketika Malaysia menyampaikan keadaan darurat terkait konflik dengan Indonesia sekitar tahun 1950-an, SAS muncul kembali.

Kala itu SAS juga dikenal sebagai Malayan Scouts.

Pertempuran dengan pasukan Indonesia di Kalimantan Utara membuat SAS bisa mendapatkan ilmu baru dalam taktik perang hutan.

Khususnya kemampuan tempur antipenyusupan dan perang antigerilya.

Setiap pergerakan SAS memang selalu dikaitkan dengan kondisi darurat.