Find Us On Social Media :

Jejak Manusia Meniru Burung Hingga Akhirnya Wright Bersaudara Menemukan Pesawat Terbang

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 17 Maret 2018 | 19:45 WIB

Pengorbanan tak saja menimpa mereka yang melakukan percobaan, tapi juga si empunya ide. Alphonse Penaud, salah seorang peletak dasar penerbangan Prancis, misalnya. Ia berhasil membuat pesawat model yang mirip dengan prinsip-prinsip pesawat terbang modern.

Sayang, idenya mendahului zamannya. Ia pun putus asa karena dicap pengkhayal dan diejek oleh lingkungannya.

Tahun 1880, pada usia 30 tahun, ia mengakhiri hidupnya. Tragis!

Kemudian datanglah John J. Montgomery, pembuat ornithopter (pesawat sayap burung). Percobaan dilakukan di pegunungan Kalifornia dan berhasil dengan baik. Sayangnya, tahun 1911 ia tewas dalam salah satu percobaan.

Dari bahgsa Aria muncullah nama Otto Lilienthal. Tak hanya okol, ia pun menggunakan akal. Hasilnya sebuah buku berjudul Dei Vogelflug als Grundlage von der Flingekunst.

Dari sinilah ia berpijak memulai percobaannya yang cukup berhasil. Hanya saja, pada 9 Agustus 1896,ketika ia mencoba memasang motor pada pesawatnya, tiba-tiba pesawat itu menukik dari ketinggian 15 m.

(Baca juga: Lupa Anaknya Ditinggal di Dalam Mobil, Ibu Ini Menyesal dan Menangis Melihat Kondisi Anaknya saat Kembali ke Mobil)

Tulang punggung Lilienthal patah. Sebelum ajal menjemput, ia beikata, "Opfer mussen gebracht-werden." Ya, pengorbanan memang harus  diberikan.

Upaya ini diteruskan oleh salah seorang muridnya, Percy Sinclair Pilcher. Namun, mantan opsir AL Inggris ini bernasib sama meski memperoleh kemajuan yang berarti. Ia berhasil meluncur sejauh 250 m.

Perkembangan upaya terbang kemudian merembet ke bentuk-bentuk lain, mulai dari pesawat terbang, helikopter, hingga balon udara. Jerman memperoleh kemajuan berarti dalam model balon dengan hadirnya Graf Ferdinand von Zeppelin.

Sampai akhirnya muncullah Wright bersaudara yang memahkotai upaya umat manusia dalam upayanya bisa terbang seperti burung.

(Ghiorso H.S – Intisari Mei 2003)